Mohon tunggu...
Mujiburrahman
Mujiburrahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa FISIP UMJ

Mujib gemar membaca dan berdiskusi. Aktif di internal kampus dan diluar kampus. Menyukai konten-konten politik dan humaniora.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kekuatan Politik Media Massa dan Media Sosial

19 Mei 2023   07:22 Diperbarui: 19 Mei 2023   08:49 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam politik. Dalam komunikasi politik, media massa adalah sarana dan aspek utama yang harus diperhatikan. Berbagai metode dan kegiatan komunikasi seperti pemberitaan, iklan, kampanye, propaganda, public relations, dan lainnya, sebagai bagian dari proses komunikasi politik cukup dominan menghiasi media massa.
Kekuatan politik dalam media massa siaran khususnya televisi dan media cetak sangat didominasi oleh kepentingan politik pemiliknya, ini tentu sangat berbeda dengan media internet. Selain biaya untuk kedua jenis media konvensional ini juga cukup besar, daya respon dan feedback cukup lambat. Hal ini sangat berbeda dengan media internet di samping murah meriah, feedback dapat cepat didapat dan kontrol dominan terhadap media ini ada di publik para pengunanya. Jadi dengan berbagai karakteristik yang dimiliki, internet telah mengubah berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat termasuk komunikasi politik.
Melalui intenet, komunikasi politik via media massa tidak lagi searah dan didominasi oleh para elit politik, bahkan mampu melawan hegemoni para elit politik dan penguasa. Selain itu, internet bahkan seiring memunculkan tokoh-tokoh baru dan isu-isu yang segar di luar perkiraan yang ada. Keberadaan internet juga menjadikan individu-individu sebagai warga negara menjadi kritis, aktif berkreasi, cerdas dan berpartisipasi dalam menyebarkan informasi ke pada publik. Pada pengalaman pemilihan presiden tahun 2014 menunjukkan fenomena terbelahnya media besar di Indonesia menjadi dua kubu. Pemberitaan menjadi simpang-siur mengikuti selera pemilih media masing-masing. Secara tidak langsung, pembelahan media menjadikan masyarakat terpaksa mencari kebenaran informasi diantara kesimpangsiuran berita yang ada. Media seharusnya menjadi sarana pencerahan dan transformasi nilai-nilai kebenaran terutama kebenaran politik agar masyarakat dapat melihat fakta secara apa adanya. Media sebaiknya tidak memunculkan kesan menilai atau keberpihakan khususnya dalam masa kampanye pemilihan umum. Biarkan masyarakat sendiri yang akan menilai. Yang diperlukan media hanya menyampaikan informasi yang sebenarnya, jelas hitam putihnya. Sehingga masyarakat tidak terjebak pada pilihan yang diciptakan media dan media pada akhirnya harus mampu bersikap objektif dalam penayangan berita politik dan bertindak independen.
Media massa memiliki fungsi persuasif yang mampu membentuk pendapat umum dan mampu mempengaruhi opini masyarakat terhadap isu-isu politik yang terbaru. Media massa digunakan untuk meraih sebanyak mungkin pemilih yang menjadi target dengan waktu yang cepat dan biaya yang relatif murah. Media massa sungguh mempunyai kekuatan yang penting bagi keberhasilan dalam merebut hati masyarakat. Selain itu, penggunaan media massa tidak saja untuk merebut hati masyarakat tetapi untuk mengumpulkan dana bagi pelaksanaan kampanye dan komunikasi politik secara umum. Memang secara umum proses kampanye dalam Pemilu interaksi politik berlangsung dalam tempo dan suhu politik yang semakin meningkat menjelang pemilihan. Setiap peserta melakukan komunikasi dan berkampanye untuk meyakinkan para pemberi suara/konstituen, bahwa kelompok partai, kandidat atau golongannya adalah calon-calon yang paling layak untuk menang dan terpilih. Tidak heran bila umumnya saluran yang paling dominan digunakan untuk komunikasi politik mereka adalah media massa
Di dunia perpolitikan, penggunaan media sosial sebagai senjata untuk menyebarkan agenda politik sedang marak-maraknya. Media sosial telah mengubah lanskap politik, dari urusan yang paling sederhana, sampai yang paling rumit dan kompleks. Sederhananya, media sosial telah memberikan ruang untuk masyarakat bertemu dan berdiskusi langsung dengan pemilihnya, media sosial telah memudahkan kampanye karena bebas iklan dan tingkat "viral" akan lebih besar melalui media sosial, dan media sosial dapat menjadi tempat yang lebih mudah untuk mencari dana kampanye. Yang lebih kompleks, media sosial dapat menjadi alat untuk mengubah opini publik tentang seorang kandidat politik, atau bahkan dapat mengubah peta persaingan karena kesetaraan dan kekuatan masyarakat begitu kuat di media sosial. Kontrol masyarakat terhadap politisi jauh lebih kuat di era media sosial ini karena kemudahan dalam akses informasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun