Setelah bel pulang berbunyi, Dewi segera menuju ruang guru. Ia merasa sedikit gugup, bertanya-tanya apa yang ingin dibicarakan Bu Ningsih. Setibanya di ruang guru, Bu Ningsih menyambutnya dengan senyum hangat.
"Duduklah, Dewi," kata Bu Ningsih sambil menunjuk kursi di depannya. "Ibu ingin membicarakan sesuatu yang penting," lanjut Bu Ningsih.
Dewi pun duduk dengan penuh rasa ingin tahu. "Ada apa ya, Bu?"
Bu Ningsih menghela napas sejenak, lalu berkata. "Ibu sangat kagum dengan semangat belajar dan kegigihanmu membantu orang tua. Ibu yakin kamu memiliki potensi besar untuk menjadi seseorang yang sukses. Apakah kamu sudah memikirkan apa yang ingin kamu lakukan setelah lulus SMA nanti?"
Dewi menunduk, lalu menjawab dengan suara pelan. "Dewi ingin menjadi seorang guru, Bu. Dewi ingin bisa membantu anak-anak di desa ini mendapatkan pendidikan yang baik. Dewi ingin menjadi seorang pendidik seperti Ibu."
Bu Ningsih tersenyum bangga mendengar jawaban Dewi. "Itu adalah cita-cita yang mulia, Dewi. Ibu akan membantumu untuk mencapai impianmu. Apakah kamu tahu tentang jalur prestasi untuk masuk ke universitas?"
Dewi menggeleng. "Belum, Bu."
"Melalui jalur prestasi, kamu bisa mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Ibu akan membantu kamu mempersiapkan semua persyaratannya. Kamu harus tetap fokus belajar dan jangan pernah menyerah," kata Bu Ningsih.
*****
Sejak hari itu, Dewi semakin giat belajar dengan bimbingan Bu Ningsih, wali kelas sekaligus guru mata pelajaran Matetamtika. Ia pun mengikuti berbagai lomba dan olimpiade di tingkat kabupaten dan provinsi. Prestasinya semakin gemilang dan namanya semakin dikenal.
Ketika kelas XII SMA, Dewi berhasil meraih beasiswa untuk melanjutkan studi ke Fakultas Kependidikan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung (UNILA) melalui jalur prestasi. Rasa bahagia dan bangga menyelimuti hati Dewi, orang tua, dan Bu Ningsih. Sujud syukur berkali-kali Dewi lakukan sebagai ungkapan terima kasih kepada Allah SWT atas segala anugerah yang dilimpahkan kepadanya. Dewi pun berterima kasih kepada ibunya, satu-satunya orang tua yang dimilikinya, yang senantiasa mendoakan dan mendapinginya.