(Karya: Mujiatun, S.Pd.)                    GURU UPT SMPN 2 BANJIT
Di sebuah desa kecil di Kabupaten Way Kanan, Lampung, hiduplah seorang gadis bernama Dewi. Dewi adalah anak pertama dari tiga bersaudara yang dibesarkan oleh seorang ibu tunggal. Ayahnya telah tiada empat tahun lalu lantaran pandemi Covid-19. Ketika itu, Dewi masih kelas VIII SMP Negeri di daerah Way Kanan.
Kehidupan mereka sangat sederhana. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, ibu Dewi membuat dan menjual donat di pasar. Dewi, yang sejak kecil sudah menyadari kondisi keluarganya, selalu membantu sang ibu. Setiap hari, sebelum berangkat ke sekolah, ia membawa kotak berisi donat buatan ibunya untuk dijual kepada teman-temannya.
Di sekolah, Dewi terkenal dengan sebutan "Dewi Donat." Julukan ini bukan untuk mengejek, melainkan sebagai tanda kekaguman teman-temannya atas kegigihan Dewi. Setiap pagi sebelum bel berbunyi, Dewi akan berdiri di depan gerbang sekolah dengan senyum ceria, menawarkan donat kepada teman-temannya. Begitu pula saat istirahat, ia akan berkeliling kelas membawa kotak donatnya.
Alhamdulillah, Kepala Sekolah dan Bapak Ibu Guru tidak melarang usaha Dewi ini. Karena memang kondisi ekonomi keluarga Dewi pas-pasan sekadar untuk makan sehari-hari. Bahkan, seringkali kekurangan. Meskipun pihak sekolah sudah berusaha memberikan bantuan biaya untuk sekolah Dewi tetapi untuk biaya hidup ibu dan kedua adiknya masih sering tidak cukup. Oleh sebab itulah, sejak ditinggal oleh ayahnya, Dewi berusaha keras membantu ibunya.
Meskipun sibuk membantu ibunya berjualan, Dewi tetap menunjukkan prestasi luar biasa di sekolah. Nilai-nilainya selalu di atas rata-rata dan ia sering menjadi juara kelas. Hal ini membuat para guru dan teman-temannya kagum. Mereka tahu betapa kerasnya Dewi bekerja untuk mewujudkan impiannya.
Suatu hari, ketika Dewi sedang menjual donat di kantin sekolah dihampiri oleh seorang guru, Bu Ningsih. Selama ini Bu Ningsih sangat memperhatikan perkembangan Dewi.
"Bagaimana kabar donatnya hari ini, Dewi?" tanya Bu Ningsih sambil tersenyum ramah.
"Alhamdulillah, Bu. Tinggal beberapa lagi. Semoga bisa habis semua," jawab Dewi dengan semangat.
Bu Ningsih menatap Dewi dengan penuh kebanggaan. "Dewi, Ibu ingin berbicara sedikit denganmu setelah pulang sekolah nanti. Bisa?"
"Tentu, Bu. Dewi akan ke ruang guru setelah sekolah," jawab Dewi.