Sejatinya Naga bukanlah sekedar mitologi hewan/sosok yang asing di nusantara. Menyoal keberadaan patung Naga di Bandara YIA, bukan hanya keliru, tapi juga menandakan pemahaman yang kurang terhadap jati diri budaya nusantara.Â
Hal ini berkembang seiring polemik di jagat maya setelah salah satu politisi partai politk mempertanyakan hal tersebut di twitternya. "Kenapa bukan Patung Garuda atau Patung Pahlawan yg dipasang di sini?" begitu kira-kira pertanyaannya.
Kontan saja hal tersebut menjadikan riuh di jagat maya dan dibahas pada banyak media online. Sebenarnya pertanyaan tersebut bisa saja memang bermakna keingintahuan.Â
Namun mengingat yang bertanya adalah sosok seorang politisi dan pegiat media sosial, maka tidak heran hal tersebut melebar kemana-mana.
Mulai dari tanggapan yang berupaya menjelaskan kaitan antara naga dengan Yogyakarta sampai pada tanggapan yang justru menanyakan motif dari pertanyaan tentang patung naga tersebut.Â
Beberapa mencoba mengaitkan dengan upaya tendensius mengaitkan dengan etnis tertentu. Sudah barang tentu hal ini akan kembali memanaskan isu-isu yang kurang produktif.
Naga adalah salah satu makhluk mitos yang populer dan bertahan lama. Cerita tentang naga dikenal di banyak budaya, dari Amerika sampai Eropa, dan dari India sampai Cina. Kisah tentang naga memiliki sejarah panjang dan memiliki berbagai bentuk.
Keberadaan naga dan makhluk mitos lainnya muncul dalam banyak dongeng anak-anak, dan biasanya mewakili tokoh antagonis yang menakutkan.Â
Makhluk ini bukan hanya hidup dalam cerita pengantar tidur, tetapi juga ditemukan dalam cerita rakyat kuno di seluruh dunia.
Dalam tradisi Eropa, naga biasanya digambarkan sebagai makhluk besar jenis reptil dengan sayap besar yang menyemburkan api dan suka menyerang.Â