Dalam dua tahun ini, ada tiga komunitas berbasis kesukarelawanan yang terbentuk dengan ratusan volunteer yang terlibat di Fakfak. Mereka bergerak dan mengambil bagian dalam bidang pendidikan, lingkungan hidup, hingga sosial.
Saya akan memulai dengan cerita. Selama setahun, saya bergumul sebagai tenaga pengajar bantu di jenjang sekolah dasar. Pengalaman tersebut membuat saya sedikit banyak punya wawasan bagaimana masalah-masalah yang ada di sana, utamanya terkait pendidikan dasar. Apakah itu di kampung, di distrik, bahkan hingga di tingkat kabupaten.
Meski kami banyak menghabiskan waktu di kampung, namun upaya mendorong keberlanjutan dan terciptanya komunikasi antar elemen kampung hingga level kabupaten terus kita bangun secara intens. Patut diketahui, ini bukan hal yang mudah sebenarnya.
Makanya waktu itu, kami sepakat untuk menggerakkan aktor-aktor lokal untuk bekerja sama dan mendorong partisipasi mereka dengan kepercayaan diri yang tinggi lewat beragam inisiasi-inisiasi.
Hampir dua tahun berlalu sejak saat itu, dan hasilnya luar biasa mengesankan. Saya menjadi orang paling bersyukur karena pemuda-pemuda di Kota Pala cukup punya banyak energi untuk menjalani jenis aktivisme sosial.
Kami pernah punya pengalaman sedikit “pahit” seperti ini. Bagaimana gambaran sulitnya menerobos dinding birokrasi dengan sistem pengelolaan anggaran yang ketat. Hehe.
Jadi, saat itu kami mengajukan ToR kegiatan “Festival Anak Fakfak 2014” ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga. Harapan kami jelas, agar kegiatan ini dapat diterima dengan baik oleh pihak pimpinan dan jajarannya.
Kegiatan ini juga bukan ujug-ujug langsung jadi. Ada hasil diskusi dan analisis kebutuhan yang sudah kami lewati bersama dengan relawan pengajar yang sudah setahun membersamai gerakan pendidikan di Fakfak.
Waktu itu, niat kami sederhana. Bagaimana cara mempertemukan anak-anak sekolah dasar dari berbagai distrik yang ada di Fakfak di kota kabupaten. Termasuk juga dari Distrik Karas di ujung timur.
Tujuannya agar mereka saling mengenal satu sama lain. Anak-anak dari distrik gunung berjumpa dan berakrab-ria dengan mereka dari distrik pesisir dan pulau-pulau. Anak-anak gunung yang Kristen dan Katolik bertemu dengan kerabat mereka yang se-marga dari pesisir dan pulau.
Juga tak kalah pentingnya, menyatukan berbagai lintas perguruan sekolah. Ada YPK (Yayasan Pendidikan Kristen), YPPK (Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik), dan YAPIS (Yayasan Pendidikan Islam).