Mohon tunggu...
Mujahid Al Haqq
Mujahid Al Haqq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Intenassinal

Mencoba menulis dengan gaya

Selanjutnya

Tutup

Tradisi

People Pleaser, Kebaikan Palsu yang Dibuat-buat

8 April 2023   09:42 Diperbarui: 8 April 2023   09:45 922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi. Sumber ilustrasi: UNSPLASH

Banyak orang mengira, berbuat baik itu merupakan suatu hal yang patut dilakukan. Memang, kita sering terkesan dengan perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan oleh orang-orang di sekitar kita. Namun, ternyata tak semua hal yang dianggap kebaikan itu patut dilakukan karena semua hal memiliki konteks ruang, waktu dan situasi yang berbeda-beda. Banyak hal yang dianggap baik bagi manusia, namun tanpa sadar itu justru menimbulkan dampak yang  merusak, baik bagi dirinya maupun orang lain. 

Kita Bangsa Timur, memiliki keutamaan di bidang etika, moral, dan prinsip hidup dibanding dengan Bangsa Barat yang cenderung mengutamakan kebebasan dan lebih memikirkan kepentingan diri sendiri (individualis). Di satu sisi, hal ini merupakan kekuatan luar biasa yang menjadikan para leluhur kita memiliki arah hidup yang jelas, memiliki batasan-batasan yang membuat masyarakat berada dalam garis aturan yang menertibkan, serta cenderung menjauhi sikap hidup yang materialistis dan lebih mementingkan keutamaan karakter, sikap dan watak. Tetapi di sisi lain, kecenderungan ini perlahan berubah dari kebaikan yang disertai dengan prinsip yang teguh menjadi kebaikan apa adanya, yang penting baik dan tidak menyakiti orang lain. sikap baik yang berlebihan ini, tanpa dibekali dengan pegangan atau nilai-nilai hidup yang kuat akan mentransformasikan kita menjadi bangsa yang lemah dan cenderung menggantungkan diri pada bangsa lain.

Kondisi bangsa Timur atau bangsa kulit kuning yang dipersepsikan sebagai bangsa yang lebih rendah daripada bangsa kulit putih mengalami kecacatan mental yang diakibatkan oleh propaganda yang terus dilancarkan oleh media-media barat. kondisi ini membuat mereka merasa rendah diri, lemah, dan lebih tidak berdaya baik dari segi fisik maupun intelektualitas dibanding bangsa Eropa dan kulit putih lainnya. 

Pemikiran negatif ini akhirnya memunculkan sikap kebaikan yang dibuat-buat. maksudnya adalah kebaikan yang muncul bukan karena keinginan dari dalam diri, namun dengan tujuan agar tidak disakiti atau dikasihani, atau dengan kata lain, melakukan apa saja untuk menyenangkan orang lain. Hal ini banyak kita temukan dalam keseharian kita, dimana kita dapat melihat orang-orang yang dengan mudahnya berbohong agar orang lain merasa senang pada dirinya, atau mereka yang ingin dilihat membantu orang lain agar orang lain menganggap dirinya ada atau mau berteman dengan dirinya atau minimal agar orang yang ditolong tersebut tidak menyakitinya. orang orang ini sering disebut dengan people pleaser.

Meskipun orang-orang semacam ini merasa mereka sudah baik dan aman, namun kenyataannya orang-orang akan merasa risih ketika bersama dengan mereka yang dianggap lemah, tak berprinsip, dan bahkan merasa terancam karena sikap mereka yang mungkin akan menusuk mereka dari belakang bila ada keuntungan yang lebih besar.

perbedaan kebaikan antara yang hakiki dengan kebaikan yang dibuat-buat ini sebenarnya dapat diketahui dengan jelas. kebaikan yang lahir dari karakter diri akan berbuah pada kebaikan yang dilakukan pada siapapun, tak peduli miskin atau kaya, kuat atau lemah. ini berbeda dengan kebaikan yang dibuat-buat, biasanya ia baru akan berbuat baik apabila kebaikan itu dirasa akan membawa keuntungan bagi dirinya, dan berubah menjadi sikap tak acuh apabila kebaikan itu tak membawa manfaat.

Sebagai contoh, kita melihat prinsip yang dipegang oleh para Samurai di Jepang. Bushido. prinsip ini memiliki beberapa nilai yang terkandung didalamnya memiliki perpaduan yang seimbang. nilai-nilai seperti Gi ( -- Kebajikan), Jin ( -- Kemurahan hati), dan Rei ( -- Menghormati) merupakan nilai nilai kebaikan terhadap sesama, namun terdapat pula nilai nilai yang memberikan penegasan agar kebaikan tersebut tidak melanggar kehormatan diri sendiri dan menjadi kebaikan yang hakiki seperti Y ( -- Keberanian), Chgo ( -- Kesetiaan), Makoto ( -- Kejujuran dan Ketulusan), Meiyo ( -- Kehormatan . Bafi seorang samurai).

***

Maka untuk menjadi seorang yang benar benar baik, kita memerlukan kekuatan. karena dengan kekuatan itulah yang akan menghindarkan kita dari sikap tidak terhormat, meminta-minta, dan membuat kita benar-benar mampu berbuat apabila ingin melakukan sebuah kebaikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun