Tak kenal maka tak sayang. Begitu kata peribahasa. Jika Anda ingin menyayangi seseorang, maka Anda harus mengenalnya lebih dulu, luar dalam. Mengenalnya, berarti mengetahui dan memahaminya.
Bagaimana mungkin Anda menyayangi seseorang, sementara Anda sendiri tidak kenal siapa ia sesungguhnya, dan bagaimana karakternya.Â
Walaupun tidak seluruhnya, paling tidak, sebagian karakternya. Karena bisa jadi Anda akan kesulitan toh mengenalnya secara utuh dalam waktu relatif singkat.Â
Dan tidak menutup kemungkinan, (berharap) seiring waktu, pengetahuan Anda akan semakin bertambah. Pelan-pelan saja. Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit.
Karakter, menurut KBBI Daring, adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain; tabiat; watak.
Nah, ada beberapa cara mengetahui karakter orang yang bisa Anda lakukan. Tentu ini versi saya yang bisa saya babarkan kepada Anda.Â
Barangkali ini bisa berfaedah untuk Anda yang ingin mengenali karakter orang, atau mungkin tengah melakukan pendekatan (dalam arti secara umum) dengan seseorang.
Berilah Kesempatan untuknya Mengelola Uang
Benarkah lewat uang Anda bisa tahu karakter seseorang?Â
Tentu bisa, terutama bagaimana ia mengelola uang. Dari cara ia mengelola, merencanakan, menghitung, membelanjakan (menggunakan), dan memandang atau menyikapi uang, Anda sedikit banyak akan mengetahui karakter seseorang.
Seseorang bisa ketahuan hemat, boros, hedonis, konsumtif, cermat, cerdas, cergas, telaten, rakus, serakah, pelit, sombong, jahat, korup, culas, dermawan, tetap hidup sederhana, jujur, dan seterusnya, dari cara mengelola dan menyikapi uang.Â
Atau, karakter seseorang bisa juga ketahuan dari punya dan tidaknya, sedikit dan banyaknya uang yang dimilikinya. Secara kasat mata, dari ekspresi wajah dan penampilannya bisa ketahuan. Walaupun hal ini termasuk relatif. Mata lahir bisa terkecoh.
Saya bisa saja mengatakan, bahwa namanya juga hidup di dunia ini tentu butuh uang, kecuali Anda sudah berkalang tanah dan hidup di alam baka sana, maka otomatis saya percaya, jika Anda tidak lagi membutuhkan uang.Â
Artinya, wajar saja, di dunia ini, tidak ada orang yang tidak butuh uang. Semuanya juga butuh uang. Tidak ada yang gratis di dunia ini. Segalanya harus pakai uang.Â
Munafik jika Anda mengatakan Anda tidak butuh uang. Istilahnya, dari Anda bangun tidur dan berangkat tidur lagi, kepala dijadikan kaki, dan kaki dijadikan kepala, banting tulang, dan peras keringat, hidup Anda tidak lebih demi uang, bukan?
Bukankah seluruh kebutuhan Anda saban hari tidak lepas dari yang namanya uang? Akui saja, tidak usah malu-malu.Â
Kuota internet Anda, bermedia sosial, menonton film (tentu secara daring, bioskop luring belum dibuka karena masih pandemi, segratis-gratisnya aplikasi tetap pakai kuota), dan menulis di blog pribadi atau Kompasiana ini pun, misalnya, jelas itu semuanya sedikit banyak perlu uang.
Tetek bengek kebutuhan pokok, biaya anak sekolah, berangkat kerja pergi pulang (jarak tempat kerja yang jauh dari rumah), berwisata (piknik), bahkan (maaf) sekadar "menyetor" di toilet umum pun, dan seterusnya, itu semuanya tidak ada yang gratis. Semua pakai uang. Bukankah uang bisa membeli apa saja selama ini?
Pokoknya, semuanya butuh uang. Semuanya harus pakai uang. Itu realitas. Dan saya ingin mengatakan bahwa uang itu, sedikit banyak, cenderung atau kadang bisa mengubah karakter seseorang.Â
Dengan kata lain, uang kerap memengaruhi karakter seseorang. Baik atau buruknya karakter seseorang tergantung bagaimana sejatinya ia mengelola dan menyikapi uang itu.
Bahwa ada benarnya, uang itu penting dan dapat membeli segala kebutuhan hidup. Hanya saja, harus disadari, uang adalah salah satu sarana (media) dalam hidup ini.Â
Karena bukankah hidup ini tidak selamanya hanya bisa dibeli dan diselesaikan dengan uang? Jangan penuhi kepala Anda dengan uang. Nanti khawatir tidak muat. Jangan biarkan mata Anda berubah warna gara-gara warna-warni uang.
Bukan apa-apa, karena jika orientasi hidup Anda sekadar uang, maka efeknya, hal-hal penting lainnya dalam hidup ini juga menjadi tidak begitu penting. Hidup akhirnya hanya dinilai dengan uang. Demi uang. Seakan-akan tidak ada yang penting dalam hidup selain tentang uang.
Anda pun saat ini, atau mungkin suatu saat nanti, (akan) tahu sendiri dan sadar bahwa ada sisi-sisi dalam kehidupan ini yang tidak bisa dibeli dengan uang. Bahwa dalam hidup ini tidak semua hal dapat diselesaikan dengan uang.Â
Cari tahu dan kenali seseorang dari cara bagaimana ia mengelola dan menyikapi uang. Beri ia kesempatan dalam mengelola uang. Dijamin Anda akan tahu karakternya.
Berilah Kesempatan untuknya Berkuasa
Apakah kekuasaan itu anugerah atau ujian?Â
Ada sebagian orang yang mengatakan bawa kekuasaan adalah anugerah. Tidak semua orang bisa mendapatkan kekuasaan. Hanya orang-orang tertentu yang akan mendapatkannya. Maka, kekuasaan itu adalah anugerah.
Sementara sebagian yang lain berpendapat bahwa kekuasaan itu adalah ujian. Dengan kekuasaan, orang diuji apakah ia amanah, bertanggung jawab, dan akan lebih bersyukur.
Kekuasaan ini juga bisa memengaruhi sikap dan karakter seseorang. Mungkin sebelum seseorang itu mendapatkan kekuasaan dan menjadi orang biasa-biasa saja selama ini, ia selalu rendah hati, dan tidak sombong.Â
Namun tiba-tiba setelah berkuasa ia berbalik 160 derajat menjadi arogan, sombong, dan angkuh. Mentang-mentang ia sedang berkuasa. Karakter ojo dumeh.
Yang dulunya, sebelum berkuasa, ia selalu perhatian, sopan santun, dan ramah pada setiap orang. Ia selalu hormat dan menghargai orang lain. Setelah berkuasa, ia mendadak berubah sikap dan karakternya. Ia sering meremehkan, tidak peduli, dan tidak ada rasa empati sama sekali pada orang lain.
Makanya, jika Anda pengin tahu banyak karakter seseorang, beri ia kesempatan untuk berkuasa. Kasih kekuasaan. Nanti akan tampak karakter aslinya.Â
Karena, selain uang seperti yang saya babarkan di atas, kekuasaan pun cenderung bisa mengubah dan memengaruhi karakter seseorang. Baik dan tidaknya karakter seseorang bisa dilihat dari sebelum dan sesudah ia menjabat dan berkuasa.
Kekuasaan itu sering membuai seseorang. Orang kerap diperdaya dan diperbudak oleh kekuasaan.Â
Ingat, Nabi Adam, kenapa ia diusir dari surga? Karena ia terbuai dan tergoda oleh rayuan dan iming-iming (bisikan jahat) Iblis akan pohon keabadian (syajarat al-khuldi) dan kekuasaan yang kekal atau takmungkin binasa (mulk laa yabla)—Al-Qur'an Surat Taha [20] Ayat 120.Â
Itulah kesalahan (dosa) pertama dari manusia pertama: Menentang firman (perintah) Tuhan agar tidak mendekati pohon keabadian dan kekuasaan yang (seakan-akan) kekal atau takmungkin binasa itu. Sehingga terpaksa Nabi Adam dan Hawa harus rela "turun" dari surga.Â
Ini isyarat dari Tuhan sejak awal, agar orang berhati-hati dengan kekuasaan. Kekuasaan cenderung bisa mengubah sikap dan karakter seseorang. Dari baik bisa menjadi tidak baik, atau dari tidak baik (apalagi) semakin enggak karuan.
Makanya, jika Anda ingin tahu karakter seseorang, tandai saat ia sebelum dan sesudah menjadi pejabat atau penguasa.Â
Hiduplah Anda 3 (tiga) Hari Bersamanya
Kenapa jika Anda ingin mengetahui karakter sesungguhnya (asli) dari seseorang, Anda harus hidup bersamanya dalam waktu 3 (tiga) hari?Â
Waktu dalam 3 hari itu tentu dianggap waktu yang tidak sebentar tapi tidak terlalu lama juga. Terbilang cukup memadai untuk mengetahui karakter asli seseorang.Â
Ingat, kisah Nabi Muhammad saw ketika menyatakan kepada para sahabatnya dalam suatu majelis tentang seorang yang disebutnya akan menjadi penghuni surga.
Tentu, para sahabat sontak merasa terkejut dan penasaran, siapa sesungguhnya seorang yang disebut oleh Nabi saw akan menjadi penghuni surga itu.
Maka, setelah selesai majelis, ada salah seorang sahabat yang penasaran, memohon pada orang tersebut berkenan mengizinkannya untuk ikut pulang (ke rumah) bersamanya.Â
Tujuannya untuk mengetahui apa perbuatan baik yang dilakukan orang tersebut sehingga bisa mengantarkannya ke surga.
Sahabat ini menginap di rumahnya dan menyaksikan segala aktivitasnya selama 3 hari. Dan ternyata ia tidak menyaksikan perbuatan yang istimewa dari orang ini.Â
Akhirnya, saking penasaran, sahabat ini bertanya tentang perbuatan baik apa saja yang menyebabkannya disebut oleh Nabi saw akan menjadi penghuni surga.
Jawabnya, "Sebagaimana Anda lihat sendiri, saya beraktivitas (beribadah) sama seperti Anda. Hanya saja saya tidak pernah menyakiti hati orang lain dan berprasangka buruk kepada setiap orang," tegasnya.
Jadi, jelas kalau ingin tahu persis karakter orang itu, hiduplah bersamanya dan ikuti aktivitasnya selama 3 hari.
Jangan Tanya Langsung Orangnya, Tapi Tanyalah Teman Dekatnya
Ini sebenarnya terjemahan dari peribahasa Arab, 'Anil mar’i laa tas’al wasal 'an qarinihi. Artinya, jika Anda ingin tahu karakter asli seseorang itu, jangan tanya langsung kepada orangnya.Â
Karena ia bisa jadi jujur atau bisa jadi berbohong pada Anda. Mungkin juga ada hal-hal yang ditutup-tutupi atau dirahasiakan, dan tidak diceritakan semuanya secara terbuka tentang dirinya kepada Anda.
Artinya, Anda jangan berharap tahu tentang semua karakter seseorang dengan cara Anda bertanya secara langsung kepada dirinya.Â
Makanya, tanyalah orang lain yang dianggap dekat, teman akrabnya, atau handai tolan yang sering bergaul bersamanya. Atau tanya teman-teman sepergaulannya, dan dengan siapa saja ia bergaul.
Demikian beberapa cara atau tips mengetahui karakter orang yang bisa Anda lakukan. Semoga berfaedah. Tabik. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H