Fery Widiatmoko dan Elang "Maulana" Salamina. Adalah dua Kompasianer—bukan saya bermaksud berlebihan dan menafikan yang lain— dari segenap Kompasianer yang secara khusus, khusyuk menulis esai politik. Soal-soal atau isu-isu politik aktual hampir tidak pernah luput dari sorotan mereka berdua.
Sebenarnya tidak sedikit, tapi juga bisa jadi tidak begitu banyak, penulis atau Kompasianer yang lumayan getol dan konsisten menayangkan tulisan atau esainya yang lebih banyak menyoroti perihal politik aktual atau hal-hal yang berbau politik di Kompasiana ini.
Mungkin hampir semua orang bisa jadi terbiasa bicara politik dan memiliki naluri politik, tapi kerap kesulitan menuangkannya dalam sebuah tulisan.Â
Atau mungkin sudah ciut (takut dan tidak berani) duluan mengudarnya dalam sebuah tulisan. Karena politik itu cenderung bersinggungan dengan hal-hal yang sensitif, kalau tidak hati-hati, bisa-bisa tersandung masalah.Â
Saya pernah mengalaminya dulu di tengah memanasnya kontestasi pilpres 2019 yang lalu. Tulisan saya diganjar peringatan (diblok) oleh admin, karena ditengarai menyerang secara personal (lembaga atau pihak lain), pencemaran nama baik, dan pelanggaran UU ITE.
Saya menduga mungkin karena dari segi judulnya itu terlalu mencolok, bias, terlalu memihak, dan mengarah pada klaim sepihak. Seingat saya saat itu, saya membuat judul tulisan saya, adalah: "Prabowo Subianto Kalah, Inilah Skenario Timsesnya".Â
Nah, tulisan itu saya tayang malam harinya setelah beberapa jam pemungutan suara pilpres 2019 berlalu. Akhirnya, saya sempat kaget juga, sontak tahu-tahu diblok oleh admin. Tapi, kemudian saya ganti saja judulmya, dan saya tayangkan lagi. Dan, bersyukur selamat dari jerat blok, walaupun minus label. It's oke.
Padahal tulisan saya itu adalah semacam prediksi. Namanya juga prediksi tentu saja saya seakan-akan mendahului sesuatu yang belum terjadi. Mendahului penghitungan suara Quick Count dan KPU. Pokoknya, mendahului takdir.Â
Sekalipun, akhirnya, di kemudian hari, takdir dan langkah-langkah politik (skenario politik) pasangan Prabowo -Sandi dan timses-nya atau Badan Pemenangan Nasional (BPN) adalah berbanding lurus, persis seperti apa yang saya tulis, dan benar adanya.
Maka jadilah tulisan saya itu, setelah ganti judul, tapi saya tetap tidak merevisi isinya sih, seperti ini: Menyaksikan Drama Politik Pasca Quick Count.Â
Saya beberapa kali (kalau tidak bisa disebut sering) dan tidak sedikit menulis esai politik di awal-awal bergabung dengan Kompasiana. Hanya akhir-akhir ini atau belakangan ini saja saya sesekali menulis tentang politik. Ya, terus terang saya mikir-mikir dulu sekarang kalau mau nulis politik. Hehe...