Saya pernah menulis, "Kenapa Anda Masih Betah Menulis di Blog Berjemaah?"Â
Sebenarnya, lewat tulisan itu, saya sedang ingin melakukan autokritik. Mengkritik dan mengingatkan diri saya sendiri tentang aktivitas menulis saya, khususnya di Kompasiana.
Saya juga tidak sedang ingin memengaruhi dan memprovokasi pembaca atau Kompasianer yang lain untuk rajin atau tidak rajin menulis di Kompasiana, blog berjemaah ini.
Karena, pada satu sisi, saya menyadari bahwa saya tidak berhak dan tidak memiliki kapasitas untuk itu. Artinya, orang mau menulis atau tidak itu adalah urusan pribadi masing-masing.Â
Tetapi, pada sisi lain, saya pun percaya bahwa sebuah tulisan itu, paling tidak, langsung atau tidak langsung, mungkin bisa memengaruhi dan memotivasi orang yang membacanya untuk bergerak dan berubah.
Makanya, hal yang paling mendasar dan filosofis dalam aktivitas menulis itu adalah, kenapa kita menulis, dan untuk apa? Atau, apa pentingnya kita menulis itu?
Menulis itu, pada awalnya, kerap berangkat dari prinsip, "pokoknya menulis saja". Prinsip seperti itu tentu sah-sah saja, dan tidak masalah. Karena itu pun adalah sebuah motivasi dan sugesti bagi sebagian penulis, terutama penulis pemula seperti saya, bisa jadi tergerak hati dan membiasakan diri untuk menulis.
Prinsip "pokoknya menulis saja", dan selebihnya, adalah terserah saja, mau ada yang membaca atau tidak, bagus atau tidak, menarik atau tidak, itu sebenarnya perkara kemudian. Dan itu tentu bertaut dengan penilaian dari khalayak pembaca.
Akan tetapi, realitasnya dan pada gilirannya, dalam prinsip itu secara tidak langsung terselip pesan atau maksud juga tatkala kita memutuskan untuk menulis.Â
Artinya, paling tidak, secara sederhana, bukankah dengan menulis, sebenarnya kita sedang menuangkan gagasan, menebar pesan, dan mengomunikasikan pikiran kita ?Â