aku tak pandai menulis puisi
tapi aku suka puisi
dan menurutku, puisi itu mesti ada
selama ada manusia
kawanku sampai beradagium ala filsuf Rene Decartes
aku berpuisi maka aku menjadi
dan puisi tak sekadar ditulis
puisi itu tak cuma dibaca
puisi itu tak hanya direnungkan
puisi itu tak perlu juga dinyanyikan dan diantologikan
pun puisi tak usah dipahami
puisi itu tak selalu dieja huruf per huruf
huruf-huruf pun tak melulu dirangkai menjadi kata-kata
kata-kata tak kerap ditata menjadi kalimat-kalimat
kalimat-kalimat tak dipahat menjadi larik-larik
puisi tak sebatas itu
lalu dianggit
dientas tuntas bebas berbunyi dalam sunyi kedap suara
puisi sejatinya di atas segalanya
puisi yang jelas tercipta untuk bisa dinikmati
dan yang maha penting di atas semuanya itu
puisi digubah harus bisa mengubah segalanya
kata siapa puisi takbisa membeli apa saja
sangat bisa
jangankan secangkir kopi robusta bermula dari Eitopia atau arabika tak beda dari Afrika juga
bahkan janda saja bisa
takpercaya
aku sudah membuktikannya
hatta aku kabur ke negeri unta
terpaksa aku dideportasi
gegara kelewat batas menetap di sana
kini aku sudah di sini
di balik jeruji besi
syahdan SP3-ku pernah ditutup kenapa dibuka kembali
inikah kado tahun baruku?
eaaa...
tabik. []
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI