Senarai nomine Kompasiana Awards sudah terpilih. Saat ini sudah sampai pada tahapan proses kampanye dan vote (pemilihan) satu per satu dari senarai (daftar) nomine.Â
Proses memilih Kompasianer yang terbaik dari semua yang terbaik (the best of the best) pada kontestasi "pesta demokrasi" Kompasiana Awards tahun 2020 sebagai bagian dari ajang Kompasianival yang tiap tahun dilaksanakan. Untuk 2020 ini, digelar secara virtual lantaran masih dalam keadaan kahar pandemi Covid-19.
Walaupun demikian, Kompasianival tahun ini tetap tidak kalah menarik dan seru tentu saja dari gelarannya secara offline selama ini.
Para nomine, tim sukses, dan warga yang punya hak pilih (Kompasianer) tetap mulai terlihat kasak-kusuk atau terang-terangan, dan laguh-lagah (hiruk-pikuk) kampanye untuk menggalang dukungan. Atmosfernya mulai menghangat, bahkan cenderung memanas kayaknya. Seru dan meriah.
Nah, ini hebatnya, harus disyukuri dan diapresiasi oleh khalayak warga Kompasiana, "Rumah Kita Bersama" ini adalah, bahwa kontestasi "pesta demokrasi" setahun sekali ini bisa juga menjadi role model "pesta demokrasi" yang sehat, jujur, bebas, rahasia, dan demokratis.
Benar-benar bebas dari politik uang, atau  bagi-bagi nasi bungkus, tidak terjadi tindakan anarkistis dan perkelahian massal antarpendukung, termasuk takada aksi unjuk rasa anarkistis dan domonstrasi berjilid, seperti yang sering terjadi, dan sudah menjadi hobi warga negara sebelah.
Coba saja, cek negara sebelah, hari-hari ini pun, sekelompok warga negaranya hobi banget berkerumun, dan unjuk rasa turun ke jalan, takpeduli kondisinya sekarang itu tengah pandemi, cenderung rentan terpapar, dan menjadi klaster baru Covid-19.
Bahkan, mereka berencana ramai-ramai dan bersorak-sorai menggelar reuni aksi 212 di Monas) itu, berkerumun pada tanggal 2 Desember mendatang, tapi untungnya mereka mau mendengarkan seruan larangan aparat keamanan, dan mengurungkannya.
Kenyataan sebenarnya nyaris tiap bulan, atau momen apa saja, mendompleng dan memanfaatkannya, bukan setiap tahun sekali jatuhnya, mereka akhirnya menggelar reuni aksi 212 itu dengan demonstrasi besar-besaran. Warga negara sebelah yang benar-benar aneh.
Berbeda jauh dengan situasi yang ada di Kompasiana. Para nomine di Komapsiana Awards 2020 ini adalah para Kompasianer pilihan, terbaik, dan hebat dari bererot Kompasianer. Di sini tampak tecermin proses demokrasi yang sehat dan bermartabat.
Di sini juga takada gejala "Bagaimana Demokrasi Mati" (How Democracies Die, karya ilmuwan politik dari Universitas Harvard, Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt, 2018), buku yang lagi ramai digunjingkan di linimasa media-media sosial hari ini.Â