Walaupun isi percakapannya, sekadar bertanya, bertukar kabar baik, berbagi informasi, saling berucap doa-mendoakan sehat, dan selalu dalam lindungan Tuhan dalam kondisi kurang baik di tengah penyebaran virus corona saat ini. Ada suasana kehangatan dan keakraban. Ada sinergi dan kolaborasi antara guru, peserta didik, dan orang tuanya.
Termasuk, anak bungsu saya, yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Terlihat nyaman dan merasa ada ekspresi menyenangkan, berkomunikasi dengan gurunya, belajar lewat daring ini.
Saya melihat anak dididik dan dibiasakan mandiri, juga dituntut kesadarannya untuk belajar sendiri atas arahan gurunya. Mengerjakan tugas pelajaran sendiri, dan melaporkan hasilnya ke guru lewat gawai. Serius tapi enjoy, dan tetap semangat belajarnya.
Benar juga, di balik apa yang terjadi, apakah peristiwa itu menyenangkan atau menyedihkan, suka atau duka, keberuntungan dan penderitaan, anugerah dan musibah, pasti ada hikmah, pelajaran dan sisi-sisi baik yang bisa dipetik, dan berfaedah.
Ke depan, apakah proses belajar mengajar nirkelas, homeshooling, sekolah tanpa gedung, atau apa pun namanya yang bersifat daring, atau lewat alam terbuka, malah lebih efektif, dan menjadi sebuah alternatif? Kenapa tidak?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI