Dalam adikarya atau magnum opusnya, Tafsir Al-Mishbah, M. Quraish Shihab, menjelaskan perbedaan tafsir itu.
Kata "thairan" berasal dari kata "Thaara" yang berarti terbang. Ar-Raghib al-Ashfahani menjelaskan bahwa "thair" adalah segala sesuatu yang memiliki sayap yang memungkinkannya terbang di angkasa. Secara umum, kata tersebut diterjemahkan burung.
Apakah hanya burung yang dinamai thair, ataukah semua makhluk yang memiliki kemampuan terbang?
Syaikh Muhammad Abduh berpendapat bahwa thair mencakup apa saja yang terbang di udara, kecil atau besar, terlihat atau tidak terlihat.Â
Dari pengertian inilah, kemudian tampaknya Abduh memunculkan tafsir "ada wabah (katakan virus)" yang menyebar, dan menyebabkan kematian Abrahah dan pasukan bergajahnya itu.
Sedangkan kata "hijarah" adalah bentuk jamak dari "hajar" artinya batu. Kata ini pada mulanya berarti sesuatu yang menghalangi. Makanya ada kata "hujrah" yang artinya kamar, karena penghalang bagi yang tidak berkepentingan. Bahkan, akal disebut "hijr" karena dapat menghalangi pemiliknya melakukan hal-hal yang tidak benar.
Kata "sijjil" terulang di dalam Al-Quran sebanyak tiga kali, kesemuanya digunakan dalam konteks siksaan. Sementara pakar berpendapat bahwa kata tersebut bukan berasal dari bahasa Arab, tetapi dari bahasa Persia yang diarabkan.
Ada juga yang berpendapat kata "sijjil" berasal dari akar kata "sajjala" yang berarti mencatat atau menulis. Ada juga yang mengartikan dengan batu yang bercampur tanah yang terbakar.
Secara jelas, Muhammad Abduh, menyebutkan bahwa wabah atau virus campak atau cacar yang menyebabkan kematian Abrahah dan pasukan bergajahnya.
Pendapat Abduh berdasarkan pada riwayat yang diperselisihkan kesahihannya yang menyatakan bahwa pada tahun kehadiran tentara bergajah itu telah terjadi wabah campak.
Abduh menyatakan bahwa wabah atau virus itu adalah akibat batu-batu kering yang berjatuhan di lokasi itu dibawa oleh burung-burung yang dikirim Tuhan.