Ada yang berbeda dalam album baru Coldplay, group musik asal Inggris, bertajuk "Everyday Life" yang dirilis tanggal 22 November 2019 yang lalu.
Album ini luar biasa dan menarik karena digarap dengan sangat apik. Lirik-lirik lagunya tampak sederhana, namun sarat makna dan pesan universal.
Mengelaborasi pesan-pesan kemanusiaan, perdamaian, solidaritas, dan empati. Terutama untuk korban akibat perang. Bahkan ada nuansa spiritualitasnya juga.
"Everyday Life" (Bahasa Arabnya, seperti ditulis di cover albumnya menggunakan huruf Arab pula, Al-hayat al- yaumiyah), yang berarti kehidupan sehari-hari. Karena memang lagu-lagu di album ini banyak mengisahkan dan terinspirasi dari peristiwa yang dialami orang dalam kehidupan sehari-hari.
Album ini menjadi istimewa bagi penggemar Coldplay. Karena dalam kurun lima tahun, Coldplay baru mengeluarkan album lagi.
Album ini dibagi dua (double album): Sunrise (syuruq) dan Sunset (ghurub). Ini pun bertuliskan Bahasa Arab yang tertera di cover albumnya.
Coldplay memang memberi dan menyematkan sentuhan Timur Tengah dan Persia pada beberapa lagu. Coldplay tampaknya memang membuat hal yang berbeda. Agak meng-Arab. Arabisasi Coldplay?
Yang jelas, lagu-lagu berjudul Everyday life, Ibnu Adam, Arabesque, dan Orphans, jelas-jelas terasa sangat kental sentuhan Timur Tengah dan Persianya.
Lagu Ibnu Adam (satu-satu judul lagu di album ini ditulis pakai aksara Arab), sebagai contoh. Baik itu judul maupun liriknya saja adalah mengadopsi langsung dari judul puisi tokoh dan penyair legendaris dari negeri Persia, Iran, Saadi al-Shirazi.
Coba saja simak lirik lagu Everyday Life, Ibnu Adam, Orphans, Arabesque, Daddy, Cry Cry Cry, Church, dan yang lainnya, hampir semuanya terselip pesan kemanusiaan.
Ada rasa keprihatinan dan empati dengan realitas yang mereka lihat dan rasakan. Coldplay mengungkapkannya dan meresponsnya lewat media yang universal, yaitu musik.