Delapan orang tewas di tanah papua dalam dua pekan terakhir. Kedelapan orang tersebut tujuh diantaranya adalah sipil dan seorang perwira polisi hari ini di Mulia, Kabupaten Puncak Jaya Provinsi Papua.
Dulu, jika terjadi penembakan dan menewaskan warga sipil maupun aparat bersenjata, Almarhum Kelik Kwalik selalu menjadi sasaran sebagai otak maupun pelaku penembakan. Setelah Kelik Kwalik sudah tiada, hingga kini pelaku maupun otak penembakan sulit untuk ditemukan atau dapat “dituduh”.
Peluru yang digunakan dari berbagai kasus penembakan, berdasarkan hasil analisis sementara pihak kepolisian adalah peluru yang biasa digunakanoleh senjata militer M16, AK 47 dan SS1. Kecuali kasus terakhir yakni penembak “kurus dan nyeker” menggunakan senjata milik Almarhum Kapolsek Mulia.
Proyek...
Dalam suatu diskusi lepas dengan seorang teman Andi yang bergerak di sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat, menurutnya, penembakan yang terjadi ditanah papua merupakan proyek. Proyek bagi pihak yang menjaga keamanan. Karena jika suatu daerah aman, pihak keamanan tidak memperoleh “tambahan” dana operasional kata temanku lebih lanjut. Sehingga di tanah papua berlaku sebuah istilah untuk aparat keamanan yang akan bertugas di tanah papua “Datang dengan M 16..Pulang dengan 16 M..” maksudnya adalah datang bertugas dengan senjata M16, pulang dari penugasan memperoleh 16 Milyar Rupiah dengan kata lain petugas keamanan menjadi kaya.
Ketua Dewan Adat Papua, Apolos Yambuisembut, yang kini menjadi tersangka makar pernah mengatakan tanah papua (PT.Freeport) akan aman jika dijaga oleh (PETAPA = PEnjaga Tanah PApua) orang papua sendiri dan bukan pihak keamanan yang selama ini digunakan oleh tanah papua. Mengapa??? Karena menurutnya, keamanan yang selama ini “seharusnya” memberikan rasa aman berbalik membuat rasa “tidak aman” demi proyek 16 Milyar tadi.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hanya mampu katakan...”Persoalan Papua dan Aceh harus segera dituntaskan...” namun hingga kini hanya retorika dan pemanis bibir didepan layar kaca saja yang disaksikan oleh penghuni tanah papua.
“Nggak papa Mas Muin,,,,,,,toh yang meninggal itu Om-nya Roy Suryo......masih orang Demokrat juga......” SMS yang kuterima dari temanku Nona yang sudah 25 tahun tinggal di Timika saat kutanya bagaimana situasi terakhir di Timika Pasca Penembakan di Areal PT. Freeport.
Saya dan seluruh penghuni tanah papua hanya berharap kami bebas dari rasa takut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H