"Situasi hati saya lagi nggak sreg maaf...saya tidak mau terbang...." Pilot Helicopter Kapten Agus
Kalimat ini keluar dari mulutnya hanya beberapa saat usai dirinya telah duduk didalam cockpit dan selesai memeriksa persiapan keberangkatan. Enam orang penumpang termasuk saya kesal dibuatnya. Bagaimana tidak???? Dua jam menunggu agar dapat diberangkatkan dari bandara Nabire menuju Wasior, akhirnya sia sia. Pilot tidak mau berangkat hanya karena situasi hatinnya yang tidak sreg!!!! Beruntung, satu jam kemudian kami dapat berangkat dengan maskapai lain yang akan membawa bantuan bagi korban banjir.
Kejadian diatas terjadi saat saya meliput kejadian banjir bandang di wasior kabupaten Teluk Wondama, Oktober lalu.
Mengapa ????
Disaat Merpati dengan jenis MA-60 "nyungsep" di Kabupaten Kaimana dan menewaskan lebih dari 25 penumpang dan crew, kita beramai ramai memvonis bahwa semua adalah kesalahan Pilot (human error), jika tidak, pesawat tidak layak terbang atau karena cuaca buruk. Bahkan mempersoalkan sertifikasi, dan anehnya, soal pembelian pesawat. Dan -mungkin- dapat kita perdebatkan bahwa pilot kadang sebagai tersangka dan bukan korban.
Seorang Pilot yang pernah kutemui saat berdiskusi lepas mengatakan, paling tidak ada empat faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan pesawat. Pertama, kondisi pesawat terkait mesin, kelayakan terbang dan lain lain. Kedua, faktor cuaca misalnya perubahan cuaca secara tiba tiba dan cuaca buruk. Ketiga, infrastruktur bandara tujuan dan yang keempat Pilot (Human Error)
Kembali ke awal, terlepas dari subjektivitasnya sebagai pilot, dia menempatkan pilot sebagai faktor terakhir. Hal ini sangat beralasan bagi saya berdasarkan pengalaman waktu di Nabire saat mau naik helicopter. Bahwa....tidak ada pilot yang mau bunuh diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H