Mohon tunggu...
muh zuhdan
muh zuhdan Mohon Tunggu... Guru - www.maszuhdan@gmail.com

pegiat di masyarakat. tinggal di Rewulu Wetan Desa Sidokarto Kecamatan Godean Kabupaten Sleman.Mantan Guru/Kepala Sekolah. Alumni IKIP Yogyakarta. Pernah Sekolah di Program Pasca Sarjana UGM (MST UGM angkatan 2008).Dekat dengan petani, pernah menjadi ketua Serikat Petani Raharjo Kabupaten Sleman

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bahaya Menahan BAK bagi Siswa Baru

19 Juli 2018   22:13 Diperbarui: 19 Juli 2018   22:27 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pekan ini adalah pekan pertama bagi buah hati kita masuk sekolah kembali, setelah liburan panjang Lebaran dan kenaikan kelas. Satu persoalan bagi siswa baru di sekolah adalah bagaimana si anak mampu bersih diri setelah aktivitas toilet seperti pipis dan buang air besar.

Bagi anak kita yang masih usia pra sekolah, khususnya yang baru di Taman Bermain/TPA/TK salah satu kemampuan yang harus diajarkan/dimiliki olehnya adalah 'Toilet Training"  sehingga siswa mampu menahan pipis dan buang air besar sampai menemukan tempat yang tepat/toilet dan mampu bersuci setelah buang air kecil (BAK) ataupun buang air besar (BAB).

Bentuk kemandirian tersebut diharapkan dapat dibawa sampai jenjang sekolah berikutnya. Namun pada kenyataannya, penulis masih menemukan hingga usia SD, banyak siswa baru berusaha menahan keinginan  BAK/BAB  nya hingga  pelajaran sekolah telah selesai,dikarenakan bareng bersama teman maupun orang tua yang sedang menjemputnya.

Beberapa faktor teknis pendukung antara lain lokasi toilet yang jauh dari kelasnya ataupun ada perasaan takut manakala didalam kamar kecil/toilet sendirian. Hal ini apabila dilakukan dalam tempo waktu yang lama akan bisa menyebabkan abnormalitas metabolik dan masalah elektrolit yang bisa mengarah pada gagal ginjal pada jangka panjang sebagaimana pendapat Dr. Nazia Bandukwala seorang ahli urologi  seperti yang dilansir Piedmont.org Minggu (13/8/2017).

Lebih Lanjut Dr. Nazia Banduwala D.O menjelaskan bahwa dampak menahan buang air kecil ternyata dapat menyebabkan infeksi pada kantung kemih, sehingga tubuh akan terbiasa untuk tidak selalu mengosongkan urine yang terdapat dalam kantung kemih.

Sebagaimana kita ketahui  bahwa otak dan organ lainnya selalu bekerja sama. Begitu pula ketika muncul rasa ingin BAK, sebenarnya adalah perintah dari otak untuk segera membuang isi yang ada, namun karena beberapa faktor tersebut diatas seorang siswa terpaksa menahannya. Oleh karena itulah ada baiknya seorang guru/pendidik perlu mengingatkan/memberikan waktu/kesempatan khusus/'diwanti-wanti bagi siswanya untuk aktivitas toilet baik BAK/BAB agar tidak menahannya berlama-lama agar terhndar dari penyakit ginjal dan lainnya.

Disamping faktor teknis tersebut diatas, sebagai seorang guru hendaknya sebisa mungkin untuk  menghindarkan dirinya dari perkataan/perbuatan yang dapat memicu munculnya kecemasan pada anak didiknya, seperti memarahi, melarang atau bahkan menghukumnya secara fisik. Seorang guru harus mampu memberikan perhatian dengan porsi yang relatif sama kepada semua anak didiknya, sehingga tidak ada seorangpun anak didiknya yang mendapatkan porsi perhatian lebih/istimewa yang berpotensi menimbulkan kecemburuan atau kecemasan siswa lain yang memicu terjadinya keinginan untuk BAK/BAB.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun