Mohon tunggu...
Muh Zadit
Muh Zadit Mohon Tunggu... Penulis - Blogger SEO Copywriting
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penyiar kreatif dalam pemasaran online, menjangkau audiens luas secara organik, dengan konten sosial media, jurnalistik & SEO blogging, untuk mendominasi pencarian Google, membangun brand awareness, memikat pembaca potensial.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senyuman Tersembunyi Masker: Momen Penuh Kemanusiaan

25 Agustus 2023   11:03 Diperbarui: 25 Agustus 2023   13:03 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tribunnews.com - ilustrasi masker di polusi kota

Hari-hari itu, Jakarta seakan menyimpan sejuta cerita di balik masker-masker yang melingkupi wajah setiap orang. Di tengah keramaian dan hiruk-pikuk kota, sebuah tokoh tak terlupakan terus menyentuh hati banyak orang. Namanya Dedi, seorang pengamen jalanan dengan bakat musik yang luar biasa.

Di sudut perempatan jalan yang ramai, Dedi dengan setia menegakkan pengamenannya. Sambil memetik senar gitarnya dengan lembut, ia menyanyikan lagu-lagu dari era-era yang telah berlalu. Namun, yang paling khas dari Dedi bukan hanya melodi indah yang keluar dari gitarnya, melainkan senyuman lebar yang selalu ada di wajahnya.

Saat pandemi melanda, Dedi tak pernah berhenti menghibur dengan musiknya. Namun, kini wajahnya tertutup oleh masker yang setia menemaninya. Meskipun senyuman itu tak lagi terlihat, matanya masih memancarkan semangat yang tulus.

Suatu hari, di tengah jalan yang sepi akibat pembatasan sosial, Dedi bertemu dengan nenek tua yang biasa memberinya makanan. "Ini, Nak. Ayam goreng kesukaanmu," kata nenek sambil menyerahkan kotak makanan kecil.

Dedi tersenyum di balik maskernya, "Makasih, Nek. Selalu baik sama saya."

Nenek mengangguk, matanya bersinar melihat sosok Dedi yang penuh semangat meski hidup dalam keterbatasan. "Semoga kamu selalu sehat, Nak."

Kala itu, Dedi merasa ada yang berbeda dalam senyuman nenek. Ia melihat kepedulian yang lebih dalam, bahkan lebih dari sekadar memberi makanan. "Nek, saya mau cerita sedikit ya," ujar Dedi perlahan.

Nenek duduk di kursi kosong di dekatnya. "Tentu, Nak. Apa yang kamu ingin ceritakan?"

Dedi menarik nafas, pandangan matanya kosong sejenak, "Dulu, saya dikenal sebagai 'pengamen tersenyum'. Setiap senyuman yang saya berikan kepada orang-orang, membawa senyuman kembali ke wajah mereka. Tapi sekarang, senyum saya tersembunyi di balik masker ini."

Nenek melihat betapa Dedi merasa terbebani. "Nak, setiap orang punya masa sulitnya sendiri. Kamu gak perlu selalu tersenyum di depan orang lain. Kadang kamu juga perlu punya ruang untuk merasakan emosi lain."

Dedi mengangguk pelan, "Tapi, Nek, saya juga tahu banyak orang yang butuh semangat. Apalagi sekarang, orang-orang butuh senyuman dan harapan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun