Hari-hari itu, Jakarta seakan menyimpan sejuta cerita di balik masker-masker yang melingkupi wajah setiap orang. Di tengah keramaian dan hiruk-pikuk kota, sebuah tokoh tak terlupakan terus menyentuh hati banyak orang. Namanya Dedi, seorang pengamen jalanan dengan bakat musik yang luar biasa.
Di sudut perempatan jalan yang ramai, Dedi dengan setia menegakkan pengamenannya. Sambil memetik senar gitarnya dengan lembut, ia menyanyikan lagu-lagu dari era-era yang telah berlalu. Namun, yang paling khas dari Dedi bukan hanya melodi indah yang keluar dari gitarnya, melainkan senyuman lebar yang selalu ada di wajahnya.
Saat pandemi melanda, Dedi tak pernah berhenti menghibur dengan musiknya. Namun, kini wajahnya tertutup oleh masker yang setia menemaninya. Meskipun senyuman itu tak lagi terlihat, matanya masih memancarkan semangat yang tulus.
Suatu hari, di tengah jalan yang sepi akibat pembatasan sosial, Dedi bertemu dengan nenek tua yang biasa memberinya makanan. "Ini, Nak. Ayam goreng kesukaanmu," kata nenek sambil menyerahkan kotak makanan kecil.
Dedi tersenyum di balik maskernya, "Makasih, Nek. Selalu baik sama saya."
Nenek mengangguk, matanya bersinar melihat sosok Dedi yang penuh semangat meski hidup dalam keterbatasan. "Semoga kamu selalu sehat, Nak."
Kala itu, Dedi merasa ada yang berbeda dalam senyuman nenek. Ia melihat kepedulian yang lebih dalam, bahkan lebih dari sekadar memberi makanan. "Nek, saya mau cerita sedikit ya," ujar Dedi perlahan.
Nenek duduk di kursi kosong di dekatnya. "Tentu, Nak. Apa yang kamu ingin ceritakan?"
Dedi menarik nafas, pandangan matanya kosong sejenak, "Dulu, saya dikenal sebagai 'pengamen tersenyum'. Setiap senyuman yang saya berikan kepada orang-orang, membawa senyuman kembali ke wajah mereka. Tapi sekarang, senyum saya tersembunyi di balik masker ini."
Nenek melihat betapa Dedi merasa terbebani. "Nak, setiap orang punya masa sulitnya sendiri. Kamu gak perlu selalu tersenyum di depan orang lain. Kadang kamu juga perlu punya ruang untuk merasakan emosi lain."
Dedi mengangguk pelan, "Tapi, Nek, saya juga tahu banyak orang yang butuh semangat. Apalagi sekarang, orang-orang butuh senyuman dan harapan."