Mohon tunggu...
M Yansi
M Yansi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

tinggal di makassar sekarang berusia 46

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Jl. Teuku Umar, Pusat Kekuasaan

15 Mei 2015   19:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:00 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jakarta adalah nama yang populer sebagai ibukota negara Republik Indonesa, di jakarta juga banyak tempat yang terkenal karena sejarahnya, seperti kawasan kota tua yang menjadi tempat mangkal para Gubernur Jenderal Belanda tempo dulu. Dulu kita kenal istilah nama tempat berkuasanya Presiden, jaman Soekarno terkenak dengan nama Istana Negara, Istana Merdeka, Istana Bogor. Jaman Soeharto menjadi presiden terkenal dengan nama jalan Cendana yang begitu sepi, waktu jaman Soeharto berkuasa, lewat jalan Cendana harus memperlihatkan kartu tanda pengenal dan akan di tanyai urusan apa lewat jalan cendana.

Jaman Habibi jadi Presiden sebenarnya ada nama tempat tinggal Habibi yaitu patra kuningan Jakarta Selatan, namun karena Habibi tidak berkuasa lama maka, Patra Kuningan tidak begitu di kenal masyarakat. Jaman Gusdur juga di kenal dengan alamat rumah pribadinya. Setelah reformasi bergulir dan SBY menjadi Presiden, maka di kenal adalah Cikeas sebagai kediaman pribadi Presiden, karena Presiden biasanya mengundang atau menerima tamu di kediaman pribadinya sehingga istilah muncul di kalangan masyarakat.

Jika seseorang dekat dengan kelompok atau orangnya partai demokrat, maka yang terkenal di katakan orang Cikeas, kelompok Cikeas dan lain-lain myang mengkonotasikan alamat rumah pribadi SBY.  Periode Megawati menjadi Presiden, nama jalan sebagai kediaman pribadi Megawaty sudah di kenal, namun karena Megawati tidak banyak menerima tamu di kediaman pribadinya maka nama jalan itu tidak selalu di identikkan dengan pusat kekuasaan, nanti setelah Jokowi di lantik menjadi Presiden dan kediaman pribadi Jokowi tidak berada di jakarta, maka nama jalan Teuku umar menjadi tempat lalulangnya para politisi yang mendekat untuk mencari kekuasaan, atau sekedar ingin di sebut masuk dalam kelompok tersebut.

Pusat kekuasaan sebenarnya ada di istana Presiden sebagai pengambil keputusa, namun berbeda dengan Presiden yang sekarang, karena kekuatan Presiden hanya di calonkan oleh kelompok partai politik, maka secara otomatis setiap keputusan yang sifatnya strategis harus berkonsultasi dengan petinggi parpol yang telah menjadikannya Presiden. kata Arbi Sanit seorang pengamat politik UI. Presiden yang terlemah sepanjang sejarah adalah Presiden yang sekarang menjabat.

Mengapa jalan Teuku Umar di anggap adalah pusat kekuasaan, oleh karena seorang Megawati, ketua umum PDIP yang bertempat tinggal di kawasan tersebut menjadi rujukan semua kepentingan politik dan kekuasaan. bagaimana kasus BG yang di paksakan oleh Megwati untuk di jadikan Kapolri yang hampir meruntuhkan negara hanya karena seorang BG, KPK di obok-obok, di preteli kekuasaannya hanya karena mencoba memeriksa Megawati dalam kasus BLBI.

Kasus PPP, di mana PPP versi Rommy, sebelum menjadi konflik harus berhubungan dengan jln Teuku Umar meminta restu untuk melakukan kongres tandingan dari kubu SDA, ketika mendapat restu, pihak istana atau dalam hal ini Jokowi tidak mampu berbuat banyak untuk menghentikan kongres tandingan PPP kubu Rommy, karena telah di restui sang penghuni jln. Teuku Umar. Kemudian kasus konflik Golkar, dimana Agung laksono untuk mendapatkan tiket kongres tandingan harus sowan ke jalan Teuku Umar dan setelah kongres untuk mendapatkan tiket pengesahan sebagai partai Golkar yang sah harus sowan dulu ke jalan Teuku Umar. yang pada akhirnya Menkumham tidak harus berkonsultasi ke Presiden sebagai atasan Menkumham, karena jalan Teuku Umar sudah merestui kubu Agung memimpin Golkar. Begitu berkuasa penghuni jalan Teuku Umar terhadap perjalan Presiden kedepan.

Sampai akhirnya Presiden mengalah dan harus hijrah ke istana Bogor untuk menjadikan Istana Bogor sebagai kediamannya dan melaksanakan rapat-rapat yang sifatnya insidentil agar supaya Presiden Jokowi punya kekuasaan jika di bandingkan dengan istana jika melakukan rapat, secara otomatis akan di pantau terus dari jalan Teuku Umar. Hampir semua keputusan strategis yang di lakukan oleh Presiden, jalan Teuku Umar manjadi rujukan utama. Surya Paloh juga sudah membuka bahwa Agung Sowan ke Megawaty, maka Golkar versi Agung yang di setujui menjadi partai Golkar yang sah.

Jalan Teuku Umar akan menjadi catatan sejarah, bahwa di jalan itulah tinggal sesorang yang sangat berkuasa, dan mengatur negara ini, dan bisa jadi jalan Teuku Umar juga akan mejadi baromater perpolitikan dan menjadi tempat di mana kekuasaan seseorang melebihi kekusaan seorang Presiden.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun