Mohon tunggu...
Muhammad Taufik Alwi
Muhammad Taufik Alwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Jadikan hari yang membosankan menjadi hari yang cerah akan pengetahuan, Insan yang bangkit dari reruntuhan, IG: Tahupik_5004 || Cp: 081231358836

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Memahami Seberapa Egoisnya Manusia saat Ingin Berkuasa

19 September 2024   05:43 Diperbarui: 19 September 2024   07:57 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Ilustrasi Egoisme Seseorang

PALU (16/9/2024) -Pada dasarnya manusia cenderung egois saat ingin berkuasa dikarenakan manusia memiliki hasrat yang besar sehingga dapat menimbulkan konflik yang dapat memecah belah manusia. Friedrich menjelaskan bahwa hasrat berkuasa sebagai kebutuhan irasional yang dimiliki setiap manusia yang menurutnya, setiap manusia hidup dan berpikir memiliki hasrat secara alamiah. Nietzsche melihat kehendak berkuasa sebagai bagian dari kehendak bertahan hidup. Oleh sebab itu, Nietzsche beranggapan dorongan merupakan insting dasar manusia.

Hasrat berkuasa tentunya tidak memiliki nilai moral, baik atau buruk nya nilai tersebut menurut pandangan Nietzsche. Manusia dapat mengekspresikan dorongannya melalui berbagai cara, tergantung lagi pada konteks serta keadaannya. Namun, hasrat itulah yang menjadikannya sebuah masalah ketika cara mengekspresikannya yang bertentangan dengan norma moral dan etika yang dianut oleh manusia di lingkungan masyarakat. Hal inilah yang dapat merusak tatanan sosial serta dapat menimbulkan ketegangan konflik sosial.

Dengan terjadinya ketegangan sosial, maka manusia dapat mengerahkan seluruh hasratnya demi kepentingan pribadi dan mengabaikan kepentingan secara kolektif serta hasrat dalam memperoleh pengakuan untuk dihormati sehingga dapat mendorong manusia tersebut untuk melakukan berbagai cara dalam mempertahankan dan meraih kekuasaannya.

Egoisme manusia dalam kacamata publik digital sebagai sesuatu mesin abadi yang bekerja di dalam diri manusia dan untuk diri manusia juga. Terkadang egois diperlukan untuk membantu manusia dalam jangka panjang, namun ditekankan kembali bahwa egois dalam batasan normal.

Manusia dengan hasrat egois yang tinggi dalam menginginkan kekuasaan tidak pernah berakhir yang disebabkan manusia tersebut merasa hampa dalam hidupnya. Manusia tersebut mungkin saja dilengkapi oleh uang atau materi serta keluarga, tetapi kekurangan secara mendasar yaitu kebahagiaan yang diperoleh karena harus bergantung pada sesuatu dan kurangnya memahami cinta dirinya sendiri.

Ketika manusia dipenuhi oleh rasa cinta, maka dirinya sendiri beserta kebahagiaan yang diperoleh terasa tidak hampa serta dapat mengalihkan hal yang kepentingan pribadi ke kepentingan secara kolektif dan juga dapat memupuk rasa syukur dengan menyadari perihal kesenjangan di bidang apapun sehingga dapat memotivasi dirinya untuk berlaku tidak egois yang tinggi dalam memperoleh kekuasaan dan memiliki batasan yang sewajarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun