Saat matahari kembali menyapa dan waktu fajar telah tiba, ayam mulai berkokok dan sekumpulan burung bernyanyi dan beterbangan di nabastala yang baswara. Sinar matahari mulai memasuki kamar minimalis bercat putih dan atap berkayu yang pemiliknya sendiri masih terlelap di pulau kapuk yang empuk. Sosok penghuni kamar tersebut adalah Taufik, sang penulis yang sedang menceritakan pengalamannya.
"Nak... ayo bangun... sudah jam berapa ini... ayo sholat subuh segera... setelah itu mandi, sarapan dan bersiap ke masjid untuk Sholat Idul Fitri", tutur seorang pria dari pintu kamarnya Taufik yang tidak lain adalah bapaknya Taufik.
"Iya pak", sahut Taufik  dalam keadaan setengah sadar.
Setelah bangun dari kasur, Taufik berwudhu kemudian sholat subuh, setelah itu dilanjutkan dengan sarapan dan bersiap untuk Sholat Idul Fitri. Bapak kemudian memberikan uang kepada Taufik dan adiknya Taufik masing-masing Rp. 2.000,00 untuk ditaruh ke kotak amal. Saat di tempat, Taufik dan adiknya menaruh uang di kotak amal dan langsung duduk di shaf terdepan bersama teman-temannya yang saat itu sudah menunggu dari awal.Â
Setelah Sholat Idul Fitri, Taufik dan adiknya bersama teman-temannya bermain dan keliling ke rumah tetangga untuk meminta uang THR. Setelah itu, Taufik dan adiknya pulang ke rumah dan di saat itu bapaknya sudah membuat burasa kemudian kakaknya mulai menata kue untuk para tamu dan ibunya membuat sop daging Kaledo yang sudah pasti tidak diragukan rasanya. Aroma dari sop dagingnya berasa nikmat, lezat dan rasanya yang membuat lidah bergoyang. Tidak lupa juga Taufik, Kakaknya dan Adiknya saling memaafkan dan minta maaf juga kepada bapaknya dan ibunya.
Hal inilah yang membuat Taufik selalu berkesan di dalam hatinya dan keluarganya dalam menyambut lebaran dengan penuh kebahagiaan dan kehangatan.
TAMAT
