Mohon tunggu...
Muh. Syakir Fadhli
Muh. Syakir Fadhli Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Buruh Kata

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi| Batu Nisan

16 Desember 2016   08:02 Diperbarui: 16 Desember 2016   09:11 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum papan penanda di atas tanah sengketa dilepas, seorang bocah mendorong gerobak bakso menuju kota. melintasi perkampungan kecil tempat pangkalan ojek memelihara tulang punggung keluarga. 

Sementara di ujung perkampungan masih sepi, tapi di sana ada batu nisan yang tegak lurus mendongak ke arah langit. ia masih meminta sengketa lanjutan. tapi sepertinya ia sudah tidak terurus lagi. 

Sekarang ia menggigil. pucat oleh gerimis dan sesak tertindih batuan masa.

Samata, 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun