Mohon tunggu...
Muh. Syakir Fadhli
Muh. Syakir Fadhli Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Buruh Kata

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Untuk Malaikat yang Kupanggil “Ibu”

22 Desember 2015   03:02 Diperbarui: 22 Desember 2015   03:29 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

#1

Keringatmu! mengalir membanjiri di wajah. Keringat yang mengalir sebagai isyarat betapa lelahnya dirimu di sana.Kau memaksa tubuh lemahmu—bekerja, Kerasnya perjuanganmu, melawan tantangan tuk bertahan hidup setiap harinya. Tubuh lemah serta umurmu yang renta, yang juga ikut membungkuk dikarenakan usia.

#2

Kerut yang terbentuk di wajahmu. Ia masih saja berbicara kepadaku. Rambut putihmu. Pun tak pernah lalai melakukan hal yang sama. Keduanya menceritakanku tentang kepedulianmu. Kepedulian yang selalu kau hadirkan dalam jiwamu. Juga tentang tekad kuatmu, yang tak pernah surut untuk membahagiakanku.

#3

Seluruhnya kau lakukan untukku. Menjagaku dalam bangun dan tidurku. Dalam sadar dan mimpiku. Ibu. Aku. anakmu, yang kau sebut sebagai bola matamu. Bintang yang telah lama kau tunggu, Rembulan yang selama ini kau rindukan. Anak yang kau sebut sebagai pelipur laramu. Juga sebagai tempat untuk mencurahkan cinta, kasih dan sayangmu.

 #4

Ku ucapkan terima kasih untukmu dari hatiku yang paling dalam. Semoga kebaikan selalu bersamamu, rasa aman setia menyelimutimu. Pun ketenteraman tetap menjagamu. Kau adalah matahari di hidupku. yang menyinariku tanpa kata pamrih, yang menghangatkanku setiap saat. kau memperkenalkanku dengan dunia, sehingga aku bisa merasakan indahnya hidup bersamamu.

 #5

Maafkanlah aku ibu! Maafkanlah aku! dan Maafkanlah aku!.

Maafkanlah aku atas segala kesalahanku, begitu banyak dosa yang telah ku lakukan padamu, membentakmu dan tidak mendengarkan nasihatmu. Maafkanlah aku ibu, doakanlah aku agar kelak, aku pun bisa membahagiakanmu. Meski selamanya! balasan itu takkan pernah cukup untuk membayar segala yang pernah kau berikan padaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun