Mohon tunggu...
Muhammad Sholehin
Muhammad Sholehin Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Mahasisa Ilmu Komunikasi dengan penjurusan Public Relations di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Rupiah Terpuruk, Pengrajin Untung

18 Desember 2020   08:40 Diperbarui: 18 Desember 2020   08:42 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandemi Covid-19 masih belum berakhir, banyak sekali dampak yang diberikan oleh virus ini terhadap kehidupan umat manusia didunia seperti bidang sosial, politik, dan juga ekonomi , tak terkecuali di Indonesia. Dua kasus dibulan maret 2020 menjadi titik awal sejarah covid-19 di Indonesia  (Nursastri, 2020). Hingga 8 desember 2020 kasus ini masih terus berkembang di Indonesia. Pemerintah Repubik Indonesia sendiri melalui Badan Pusat Statistik telah resmi mengumumkan Indonesia memasuki jurang resesi sebesar -3,49% pada November 2020 (Fauzia, 2020).

Resesi ini memberikan pengaruh terhadap nilai tukar rupiah terhadap dollar, adapun data nilai tukar rupiah terhadap dollar sepanjang 2020

Hal ini menyebabkan banyak sekali dampak pada perekonomian di Indonesia, seperti meningkatnya harga barang – barang impor serta pertumbuhan ekonomi akan melambat yang tentunya mengakibatkan daya beli masyarakat akan menurun. Apabila kondisi seperti ini berlangsung lebih lama lagi, bukan tidak mungkin angka kemiskinan di Indonesia akan meningkat.

Namun kondisi ini malah menguntungkan bagi pengelola kerajinan, terutama pengrajin tenun serat alam di desa Gamplong, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengrajin serat tenun alam mengalami peningkatan pesanan terutama pada placemat atau alas meja jenis Agel dan Eceng Gondok. Peningkatan pesanan ini dikarenakan melemahnya rupiah terhadap dollar, hal ini menguntungkan para pembeli dari luar negeri untuk membeli placemat dalam kuantitas yang lebih banyak daripada ketika rupiah stabil terhadap dollar. 

Untuk placemate jenis Eceng Gondok mendapat pesanan sebanyak 7000 buah dengan harga jual Rp 9500,-/buah dan jenis Agel sebanyak 9000 buah dengan harga Rp 16.000,-/buah. 

Harga ini pun meningkat cukup tinggi dari harga sebelumnya yakni untuk Eceng Gondok semula seharga Rp 8000,-/buah dan Agel Rp10.000,-/buah. Para pengrajin tenun serat ala mini menggunakan sistem pre-order dalam melakukan usaha nya, dalam setahun pengrajin serat alam Gamplong dapat melakukan pengiriman sebanyak 4x dalam setahun ke vendor yang akan mendistribusikan barang tersebut ke internsional terutama ke Israel, Amerika Serikat, dan Jerman.

Peningkatan pesanan ini cukup membangkitkan kegiatan produksi ditengah lesu nya perekonomian saat pandemi ini, dengan adanya pesanan itu ada banyak warga yang dapat terus melanjutkan hidup, karena proses produksi ini melibatkan cukup banyak warga desa Gamplong, dari proses Penguraian, penyetelan, penenunan, merumbai, dan terakhir finishing, ada sekitar 100 orang yang terlibat dalam proses produksi placemat serat alam ini.

Walaupun permintaan meningkat saat ini, namun waludin berharap pandemi cepat berlalu, agar desa wisata Gamplong yang terkenal akan wisata kerajinan serat ala mini dapat kembali dikunjungi oleh banyak wisatawan, serta meningkatkan penjualan baik di domestik maupun internasional (Waludin, 2020).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun