Mohon tunggu...
Mohammad Rafi Azzamy
Mohammad Rafi Azzamy Mohon Tunggu... Penulis - Seorang Pelajar

Menjadi manusia yang bersyukur dengan cara bernalar luhur dan tidak ngelantur | IG : @rafiazzamy.ph.d | Cp : 082230246303

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menyoal Meta-Etika Pemerintah: Perang antara Medis Konstitusional dan Saintis Intelektual

18 September 2020   23:05 Diperbarui: 18 September 2020   23:21 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya kaget ketika menemukan suatu informasi di indonesia, yang mengatakan bahwa siapa saja yang tak memakai masker akan disanksi berupa denda dan aktivitas sosial lainnya.

Sekilas memang terlihat logis sekali peraturan tersebut, karena dengan dalil demikian, pemerintah sudah melakukan upaya untuk menekan jumlah perkembangan virus corona.

Tetapi setelah saya mengujinya menggunakan konsepsi etika manusia, ternyata ada banyak sekali kejanggalan-kejanggalan moral di peraturan ini. 

Sebelum memasuki hipotesa saya, tentunya saya akan menjelaskan apa yang disebut Meta-etika terlebih dahulu, Geoff Sayre-McCord, seorang filsuf postmodern yang fokus dalam filsafat tentang etika, menjelaskan suatu konsep yang disebut Meta-etika, dimana konsep ini sudah dikenalkan oleh Immanuel Kant sebelumnya.

Meta-etika adalah suatu konsepsi atas benar atau tidaknya suatu tindakan/peristiwa. Didasarkan pada rumusan metafisika moral sebelumnya.  

Jadi, secara fungsi aplikatif-nya, Meta-etika berperan penting untuk menganalisa benar tidaknya suatu tindakan yang dilakukan oleh manusia dalam perspektif filosofis.

Sehingga suatu hipotesa moral dan logika dapat di pertanggung jawabkan secara ilmiah, karena ketika membahas moral, manusia selalu saja pilih-kasih dalam mengangkatnya kedalam suatu pernyataan etis dan dengan Meta-etika sebagai sarana metode ilmiah, manusia dapat membuktikan kebenaran dan kesalahan secara saintis dan metodis. 

Mengapa saya sebut sebagai perang medis konstitusional melawan saintis intelektual? Tentunya dapat kita induksi secara empiris, apa yang terjadi di negara ini ketika wabah tiba, kaum medis yang berpaku pada sains akan maju duluan untuk memberi instrumen logis sebagai pegangan untuk menghindari hal tersebut. 

Namun, beberapa saat setelahnya, apabila negara sudah kewalahan menghadapi-nya, baik dari aspek ekonomi maupun politik, maka pemerintah memasukkan silogisme baru kedalam ruang pikiran publik, agar supaya negara tak rugi secara finansial, kok bisa demikian?

Kembali kepada awal-awal wabah, jelas-jelas bahwa pemerintah menghimbau agar supaya orang sehat tak menggunakan masker, tapi sekarang?. 

Karena poliemik politik yang semakin bergejolak, silogisme tadi masuk untuk menambal kejanggalan pikiran di dalam parlemen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun