Pada tanggal 25 Februari 1944, Pesantren Sukamanah, yang terletak di desa Cimerah, menjadi saksi dari perlawanan berani yang dilakukan oleh K.H. Zaenal Mustafa dan para pengikutnya terhadap pendudukan Jepang. Meski akhirnya perlawanan tersebut tidak berhasil karena kekuatan mereka yang tidak seimbang, namun pesantren tersebut meninggalkan jejak sejarah yang heroik. Mari kita simak lebih lanjut mengenai peristiwa penting ini dan pengaruhnya dalam perjuangan melawan pendudukan Jepang.
Pesantren Sukamanah memiliki pengaruh yang kuat dalam masyarakat sekitarnya dan aktivitasnya mudah terbaca oleh pihak lain. Pihak Jepang menggunakan intel dan memanfaatkan orang-orang Indonesia sendiri untuk mengawasi kegiatan di pesantren tersebut. K.H. Zaenal Mustafa, pemimpin pesantren, sering kali diundang oleh Kempetai Tasikmalaya, namun ia tidak pernah menggubris panggilan-panggilan tersebut karena takut ditangkap dan tidak bisa kembali ke keluarganya dengan selamat.
Pada tanggal 25 Februari 1944, menjelang shalat Jumat, K.H. Zaenal Mustafa memberikan pengarahan kepada para santri mengenai reaksi pihak Jepang terhadap perlawanan mereka. Saat pelaksanaan shalat Jumat, mobil serdadu Kempetai memasuki gerbang pesantren. K.H. Zaenal Mustafa meminta para santri untuk tetap tenang dan tidak melakukan tindakan apa pun sampai shalat selesai. Setelah shalat Jumat, K.H. Zaenal Mustafa keluar bersama beberapa santri dan dihadapkan pada serdadu Kempetai yang ingin berbicara dengan mereka. Namun, percakapan tersebut berubah menjadi hasutan dan provokasi terhadap K.H. Zaenal Mustafa.
Situasi semakin tidak terkendali, dan serdadu Kempetai bersiap untuk menggunakan kekerasan. Akhirnya, K.H. Zaenal Mustafa memerintahkan aksi perlawanan, dan pertempuran pun pecah. Beberapa serdadu Kempetai tewas dalam keributan tersebut, tetapi ada satu yang berhasil melarikan diri. Akibat perlawanan ini, daerah Sukamanah dikepung oleh pasukan Jepang dari berbagai penjuru. Asrama-asrama dirusak, barang-barang berharga dirampok, dan pengikut K.H. Zaenal Mustafa menjadi buronan umum.
Peristiwa perlawanan Pesantren Sukamanah terhadap Jepang memiliki dampak yang lebih luas. Pemerintah Jepang merespons dengan mendirikan cabang kantor urusan agama (Shumuka) di seluruh kepresidenan di Jawa, dengan tujuan mengadakan kontak lebih rapat dengan daerah tersebut dan memperkecil kesalahpahaman antara pemerintah Jepang dan masyarakat Islam. Namun, perlawanan Sukamanah tetap menjadi simbol keberanian dan semangat perjuangan rakyat Indonesia dalam melawan pendudukan Jepang.
Perlawanan Pesantren Sukamanah terhadap pendudukan Jepang pada tahun 1944 adalah cerita heroik yang tidak terlupakan dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Meskipun tidak berhasil secara keseluruhan, perlawanan ini mencerminkan semangat perjuangan dan keberanian yang tinggi dalam mempertahankan kebebasan dan martabat. Pesantren Sukamanah dan K.H. Zaenal Mustafa tetap diingat sebagai pahlawan yang menginspirasi generasi-generasi berikutnya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H