Hadits-hadits nabi menjadi sumber utama untuk menjelaskan ayat-ayat Al-Qur'an yang masih memerlukan penjelasan lebih lanjut atau memiliki konteks yang lebih luas. Perkembangan historiografi pada awal Islam tidak dapat dipisahkan dari agama Islam dan umat Islam itu sendiri.
Ketika rasul masih hidup, semua masalah umat Islam dapat diselesaikan dan dijawab dengan bantuan Al-Qur'an dan petunjuk langsung dari rasul sendiri. Namun, setelah wafatnya rasul, umat Islam dihadapkan pada masalah-masalah baru yang tidak memiliki jawaban langsung dalam Al-Qur'an. Oleh karena itu, para sahabat menggunakan hadits-hadits rasul yang terdiri dari ucapan dan tindakan beliau.
Pada masa kehidupan para sahabat, mereka dapat langsung merujuk hadits-hadits Nabi karena mereka secara pribadi menyaksikan kehidupan Rasulullah. Namun, seiring berjalannya waktu dan banyaknya sahabat yang meninggal dunia, serta bertambahnya permasalahan yang dihadapi umat Islam, kesadaran untuk mengumpulkan hadits-hadits Nabi muncul. Tujuan dari pengumpulan ini adalah untuk menjawab persoalan-persoalan yang muncul di kalangan umat Islam.
Dengan demikian, hadits memiliki peran penting dalam penulisan sejarah Islam sebagai sarana untuk menyelesaikan persoalan-persoalan umat Islam. Bukti adanya pengaruh hadits dalam penulisan sejarah Islam terlihat dari metode yang digunakan dan isi informasi yang disampaikan oleh hadits. Sejarawan pada masa awal Islam menggunakan metode sanad yang sangat panjang dalam penulisan karya-karya mereka. Mereka juga banyak menulis tentang kehidupan Rasulullah dan para sahabat dalam bentuk sirah (biografi), al-maghazi (kisah-kisah perang), dan isma' al-rijal (ilmu mengenai para perawi hadits).
1. hadits sebagai metode histiografi islam
Pada masa awal perkembangan Islam, para ahli hadits atau muhaddisun memiliki peran penting dalam historiografi Islam. Mereka dianggap sebagai sejarawan karena fokus mereka pada kajian kehidupan Nabi Muhammad dan peperangan yang dilakukan oleh beliau. Para ahli hadits ini juga mengembangkan metode riwayat yang menghubungkan informasi dalam sejarah dengan menggunakan sanad, yang dianggap ideal dan ilmiah pada masa tersebut.
Para sejarawan pada masa itu memulai penulisan sejarah dengan mengkaji keabsahan informasi yang diterima melalui penelusuran sumber. Mereka membandingkan berbagai sumber dan memutuskan validitas informasi berdasarkan keaslian data dan keakuratan perawi dalam mendeskripsikan peristiwa yang terjadi di masa lalu. Keakuratan dan kecermatan para ahli hadits dalam memilih hadits yang akan ditulis sangat membantu para sejarawan.
Perkembangan ilmu sejarah dalam dunia Islam tidak terlepas dari perkembangan ilmu hadits. Keduanya saling terkait baik dalam metode maupun isi materi. Karena pembahasannya berfokus pada kehidupan Nabi Muhammad dan para sahabat, serta peperangan yang terjadi pada masa itu. Metode yang digunakan dalam historiografi Islam adalah metode sanad yang menguatkan riwayat dalam mendeskripsikan setiap berita. Meskipun ada penulisan khusus tentang peperangan, namun buku-buku tentang perang secara umum membahas semua aspek kehidupan Nabi Muhammad. Para sejarawan seperti Urwah Ibn al-Zubayr dan Muhammad ibn Muslim ibn Syihab al-Zuhri, yang merupakan ahli hadits, menjadi sumber penting dalam menyampaikan informasi sejarah yang teliti dan jujur.
Al-Thabari, seorang tokoh sejarah, juga menggunakan metode riwayat dalam karyanya. Dia tidak terlepas dari metode yang digunakan dalam ilmu hadits dan menolak menggunakan logika atau deduksi yang biasa digunakan oleh sejarawan. Al-Thabari mengecek riwayat, memeriksa teks-teks, dan mengkaji sanad sebelum membahas konten dan filosofi dalam sejarah. Metode historiografi yang digunakan oleh Al-Thabari, yaitu metode riwayat, serupa dengan metode yang digunakan oleh para ahli hadits pada masa itu. Mereka menganggap suatu riwayat atau kisah sah jika sanadnya berkesinambungan dan berhubungan erat dengan sumbernya, serta tidak bertentangan dengan isi Al-Qur'an.
Namun, ada juga kritik terhadap metode yang hanya mengandalkan riwayat seperti yang dilakukan oleh Al-Thabari. Beberapa sejarawan berpendapat bahwa ketergantungan pada riwayat saja dapat menimbulkan masalah, terutama dalam hal sumber penelitian. Meskipun Al-Thabari selalu berusaha untuk mengemukakan kredibilitas sanadnya, tidak semua fakta sejarah dapat ditelusuri melalui rangkaian sanad hingga mencapai peristiwa yang terjadi di masa lampau. Masalah besar lainnya adalah penggunaan kisah-kisah Isra'iliyat yang terdapat dalam kitab-kitab tafsir, terutama untuk peristiwa sejarah sebelum turunnya Al-Qur'an dan kenabian Muhammad.
Jadi, pada masa awal perkembangan Islam, metode riwayat yang digunakan dalam ilmu hadits juga digunakan dalam historiografi Islam. Para ahli hadits dan sejarawan memperhatikan keaslian sumber, membandingkan informasi, dan mengandalkan kredibilitas penutur. Namun, kritik terhadap metode riwayat juga timbul karena keterbatasan dalam menelusuri fakta sejarah dan penggunaan kisah-kisah Isra'iliyat.