Bagaimana jika seorang pemimpin kelompok superhero seperti Captain America (Steve Rogers/Sam Wilson) menjadi seorang manajer puncak di sebuah perusahaan atau startup? Tampaknya hal ini layak diidamkan, karena seperti yang kita ketahui (khususnya bagi penggemar film Marvel), Captain America adalah sosok pemimpin yang sangat menginspirasi banyak orang, baik dalam pertempuran maupun dalam kehidupan sosial.
Captain America dikenal karena integritas dan etika yang tak tergoyahkan. Dalam dunia bisnis, nilai-nilai ini sangat berharga. Seorang manajer puncak yang memiliki integritas tinggi akan selalu berusaha untuk melakukan hal yang benar, meskipun menghadapi tantangan atau godaan untuk mengambil jalan pintas. Ini tidak hanya menciptakan budaya perusahaan yang sehat tetapi juga membangun kepercayaan dan loyalitas di antara karyawan, klien, dan mitra bisnis. Sekarang, mari kita fokus pada situasi ketika perusahaan atau startup menghadapi masalah yang tidak terduga atau disebut juga era VUCA dan BANI.
Dalam berbagai kesempatan, Profesor Rhenald Kasali dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia sering menyoroti bahwa dunia saat ini sangat berbeda dengan masa lalu, dan perusahaan dituntut untuk beradaptasi dengan cepat dan inovatif terhadap perubahan yang terus berlangsung. Di era yang semakin dinamis dan penuh dengan disrupsi teknologi, perusahaan perlu dipimpin oleh individu yang tidak hanya mampu mengelola operasional harian tetapi juga memiliki kemampuan strategis untuk merencanakan masa depan. Profesor Rhenald Kasali menegaskan pentingnya adaptabilitas dan inovasi sebagai kunci keberhasilan di era modern ini. Dia mengilustrasikan fenomena disrupsi di industri dengan contoh perusahaan-perusahaan yang sebelumnya terkemuka, seperti Blockbuster yang terdisrupsi oleh Netflix, Kodak yang kalah oleh kamera digital, dan Nokia yang tersaingi oleh smartphone iOS dan Android. Perusahaan ritel seperti PT Ramayana Lestari Sentosa dan penyedia buku fisik seperti Gramedia juga mengalami disrupsi dari penetrasi e-commerce dan layanan e-book. Bahkan, dalam pembahasan di saluran YouTube-nya, Profesor Rhenald Kasali membahas bagaimana perusahaan sepatu Bata juga menghadapi disrupsi. Penulis juga mencermati beberapa industri atau perusahaan yang sedang atau akan menghadapi disrupsi, termasuk Telkom Indonesia dan perbankan tradisional yang bersaing dengan penjaja baru seperti OVO, GoPay, dan platform lainnya.
Pertanyaannya, apakah captain america sanggup menghadapi ini? Bagaimana captain america menghadapi dunia yang baru ini dengan tangguh.
- Gaya kepemimpinan
Captain America dikenal karena kemampuannya untuk memotivasi dan menginspirasi orang lain, sambil membangun tim yang kuat dan solid. Dalam konteks bisnis, kemampuan ini akan sangat berharga dalam mengelola konflik, dan mendorong inovasi di tengah-tengah ketidakpastian.
Namun sejujurnya, penulis meyakini bahwa kepemimpinan yang karismatik saja tidak cukup untuk menghadapi perubahan. Meskipun membawa nilai-nilai kejujuran, keadilan, dan keberanian, kemampuan adaptasi menjadi sangat krusial dalam menghadapi perubahan, terutama di era teknologi modern, digital, dan internet. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh latar belakang Captain America dalam film, yang hidup pada awal abad ke-20 dan bangkit setelah berabad-abad membeku.
- Gaya komunikasi
Captain America dikenal karena berbicara dengan jelas dan tegas, hal ini menjadi keunggulan untuk menyampaikan visi, misi, dan tujuan perusahaan dengan tepat. Selain itu, dalam film terlihat bahwa dia adalah seorang pemimpin yang peduli, siap mendengarkan ide, masukan, dan perasaan dari setiap anggota tim atau karyawan. Namun, saat perusahaan menghadapi perubahan yang kompleks, pengambilan keputusan bisa menjadi sulit karena prinsip yang kaku dan kebutuhan akan fleksibilitas serta adaptasi yang cepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H