Yogyakarta- Di tepian Jalan Maliboro, dengan riuhnya suara kaki yang melangkah seiring langkah waktu bertabrakan dengan gemuruh mesin kendaraan modern. Namun disisi lain masih terdapat kehadiranya trasnportasi tradisional yaitu tukang becak. Hermanto (69), seseorang yang bekerja sebagai tukang becak di Jalan Malioboro kurang lebih selama 30 tahun.
Lelaki berumur 69 ini  bekerja setiap hari dari minggu-sabtu sebagai tukang becak di jalan Malioboro, beliau berangkat kerja dengan  mengkayuh transportasi tradisional (becak) dari rumah ke Malioboro sekitar 4 km mulai  jam 07.00 WIB -- 17.30 WIB. Pendapatan penghasilan perhari sebagai tukang becak tidak pasti "dulu sebelum pandemi  rame sekarang mulai sepi. Perhari saya dapat Rp. 50.000 itu kalo lagi sepi, terus kalo lagi rame saya dapat Rp. 200.000" kata Hermanto. Walau dengan penghasilan yang cukup kecil itu Hermanto tetap menerimanya dengan penuh rasa syukur. Dengan kondisi ekonomi yang sulit, Hermanto berusaha dengan baik mengatur pengeluaran yang diperlukan anak istrinya.
Alasan mengapa Hermanto bertahan dan memilih bekerja sebagai tukang parkir selama kurang lebihnya 30 tahun adalah karena tidak ada pekerjaan lain yang sesuai dengan latar belakang pendidikanya. Hermanto tetap beryukur dengan pekerjaan yang ia miliki karena di kota besar seperti Yogyakarta masih banyak orang yang tidak memiliki pekerjaan, bahkan bergantung hidup dengan orang lain. Hermanto dengan ikhlas dan semangat menjalani pekerjaannya.
Semua pekerjaan tentu memiliki hambatan, hal itu juga sering dialami oleh Hermanto. Menjalani profesi sebagai tukang becak tidak membuat Hermanto terbebas dari berbagai hambatan. Diera modern sekarang sudah banyak sekali alat trasnportasi yang mudah di akses, paraktis, dan proses cepat seperti gojek, grab, maxim, dan trans bus Yogyakarta. Dengan alat trasnportasi modern tersebut membuat tukang becak merasa dirugikan, karena sudah jarang ada yang mau menggunakan becak sebagai alat transportasi. Dengan hambatan tersebut Hermanto terus bersabar dan tetap menjalani pekerjaan tersebut, "saya pasrahkan semua kepada yang diatas, rezeki tidak akan kemana kalo emang rezeki saya pasti saya akan mendapatkan penumpang, yang penting niat saya bekerja untuk keluarga dan terus berdoa" kata Hermanto.
Menjadi tukang becak diera modern saat ini tidaklah mudah. Hermanto seorang tukang becak di jalan Malioboro yang sudah bertahun-tahun dan  masih bertahan sampai sekarang demi untuk memuhi kebutuhan keluarga dan dirinya. Beliau yakin bahwa segala sesuatu dijalankan dengan ikhlas dan niat yang baik semua akan berjalan dengan lancar.
Banyaknya transportasi modern dijaman sekarang tidak membuat Hermanto menyerah dan putus asa. Lelaki yang berusia 69 tersebut tetap bertahan menjalankan profesi sebagai tukang becak demi untuk menghidupkan seorang istri, 5 anak, dan 3 cucu yang masih bergantung hidup dengan beliau. Maka itu Hermanto akan terus semangat dengan profesi yang ia miliki dan mampu bertahan diera modern sekarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H