Mohon tunggu...
Muhizzadin Abdul Adzan
Muhizzadin Abdul Adzan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

a beginner in meteorology

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mengenal Lebih Dalam tentang Fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO)

5 Juli 2024   00:17 Diperbarui: 5 Juli 2024   00:20 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bureau of Meteorology

Indonesia menjadi salah satu wilayah yang memiliki dinamika atmosfer yang kompleks akibat adanya variabilitas di wilayah tropis. Terdapat beberapa variabilitas tropis yang memengaruhi keadaan cuaca di indonesia termasuk intraseasonal variability (ISV) yang mempengaruhi kondisi atmosfer wilayah indonesia dalam skala waktu beberapa minggu hingga bulan (kurang dari satu musim). Salah satu fenomena intraseasonal variability yang sering terjadi di Indonesia dan memengaruhi kestabilan serta kondisi atmosfer seperti curah hujan yaitu Madden Julian Oscillation (MJO).

MJO merupakan fenomena osilasi sistem laut-atmosfer yang terjadi di wilayah tropis dalam skala waktu intraseasonal yang bergerak dari barat ke timur terutama sepanjang samudra hindia dan pasifik. Osilasi MJO di atmosfer sekitar 30 - 60 hari dengan kecepatan sekitar 5 m/s dan panjang gelombang sekitar 12.000 - 20.000 km. Wilayah MJO dibagi menjadi 8 fase, yakni fase-1 di Afrika ( 210 derajat bujur barat -- 60 derajat bujur timur ), fase-2 di wilayah samudera Hindia bagian barat ( 60 -- 80 derajat bujur timur ), fase-3 terjadi di wilayah samudera Hindia bagian timur ( 80 -- 10 derajat bujur timur), fase-4 dan fase-5 di wilayah benua maritim Indonesia (100 -- 140 derajat bujur timur), fase-6 di wilayah samudra Pasifik barat ( 140 -160 derajat bujur timur), fase-7 di wilayah samudraPasifik tengah ( 160 derajat BT -- 180 derajat ), serta fase-8 di wilayah konveksi bagian barat ( 180 derajat -- 160 derajat bujur barat ). Indonesai sendiri relatif berada di fase 3, 4, dan 5.


Fase aktif MJO ditandai dengan terjadinya fase enhanced rainfall (konvektif yang ditingkatkan) dan suppressed rainfall (konvektif yang tertekan) secara bergantian yang bergerak ke arah timur tropis. Fase enhanced rainfall ditandai dengan peningkatan pertumbuhan awan-awan konvektif dan peningkatan curah hujan serta umumnya berkorelasi terhadap peningkatan fenomena siklon tropis. Selain itu, fase suppressed rainfall ditandai dengan penurunan aktivitas awan-awan konvektif, penurunan curah hujan, serta keadaan cuaca yang stabil dan kering. 

Bureau of Meteorology
Bureau of Meteorology

Pengamatan fenomena MJO dapat diamati dan dilihat dari RMM1 dan RMM2 pada diagram fase MJO. RMM (Real-time Multivariate) diidentifikasi atau dianalisis menggunakan empirical orthogonal functions (EOFs) dengan menggunakan parameter angin zonal 850 hPa dan 200 hPa serta outgoing longwave radiation (OLR). Parameter U-850 dan U-200 digunakan untuk melihat wilayah konvergensi dan divergensi angin yang mempengaruhi proses pembentukan awan-awan selama terjadinya MJO. Selain itu, parameter OLR digunakan untuk melihat banyaknya radiasi glombang panjang yang dapat dipancarkan bumi ke atmosfer, dimana awan bertindak sebagai penghalan OLR untuk meninggalkan bumi.


MJO dapat menimbulkan beberapa dampak terhadap suatu wilayah yang dilaluinya, termasuk wilayah Indonesia. Beberapa dampak yang ditimbukan oleh MJO bukan saja dapat menguntungkan, tetapi juga dapat memberikan dampak negatif. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa tahap mitgasi untuk mengurangi dampak negatif dari fenomena MJO di suatu wilayah. Beberapa mitigasi yang dapat dilakukan tergantung fase MJO yang terjadi di suatu wilayah. Ketika memasuki periode enhanced rainfall beberapa mitgasi yang dapat dilakukan seperti pembersihan dan perawatan drainase untuk mencegah banjir, perawatan dan pemeliharaan tanggul atau bendungan untuk mencegah rusaknya tanggul atau bendungan akibat debit aliran sungai, serta penanaman pohon di wilayah yang rawan longsor dan di wilayah sempadan sungai. Selain itu, terdapat juga mitigasi yang dapat dilakukan ketika memasuki periode suppressed rainfall seperti menghindari beraktifitas di luar ruangan saat siang hari, memafaatkan penampungan seperti waduk atau tandon sebagai persedian air, menggunakan sunscreen saat beraktifitas di luar ruangan, serta menghindari menggunakan pakaian berwarna gelap yang memiliki albedo yang kecil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun