Mohon tunggu...
Muhammad Iqbal Maulana
Muhammad Iqbal Maulana Mohon Tunggu... -

Mahasiswa salah satu perguruan tinggi negeri kebanggaan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pemuda Masa Transisi Kepemimpinan 2014

28 Oktober 2014   20:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:25 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14144790641177751939

Pekan lalu (20/10) kita memiliki pemimpin baru, Presiden RI ketujuh Joko Widodo, resmi menjabat sebagai kepala Negara. Ceremonial, perayaan hingga syukuran pun dilakukan untuk menyambut pemimpin baru ini. Perayaan yang menjadi selebrasi pendukung Jokowi ini juga diharapkan sebagai sarana penerimaan pendukung rivalnya di pilpres lalu. Namun, perkembangan di media sosial sebagai gambaran ekspresi masyarakat nampaknya belum menunjukan respon yang positif khususnya di kalangan pemuda yang aktif menggunakan media social dan berpikir kritis. Saling serang-ejek masih saja terjadi diantara kedua pendukung KIH dan KMP walaupun tidak lagi se’galak’ saat pilpres lalu. Polarisasi pilpres nampaknya belum usai meski dikalangan elit sudah menunjukan sikap saling menghormati.

Sebagai pemuda yang akan melanjutkan kepemimpinan bangsa di masa depan, apakah kita harus larut dalam kompetisi elit politik sampai mengorbankan rasa persatuan kita? Apakah kita harus terburu-buru mengapresiasi ataupun mengkritik para pemimpin baru kita? Bagaimana seharusnya pemuda menempatkan diri dalam tatanan kepemimpinan saat ini?

Sebagai pemuda seharusnya kita menjadi pelopor dalam menjaga persatuan bangsa. Tidak sepatutnya kita bersilisih hingga membeda-bedakan golongan apalagi hanya sekedar untuk menguatkan opini yang berpihak kepada golongannya sendiri. Bukan berarti kita harus berdiam diri dan memasung kritikan serta apresiasi kita. Tapi perlu cara yang lebih elegan untuk menyampaikan hal tersebut. Pemuda seharusnya bersatu untuk mengawal jalannya pemerintahan di masa yang penuh tantangan ini. Yang dibutuhkan saat ini bukan perselisihan untuk memenangkan opini ditengah masyarakat, tetapi bagaimana kita berupaya agar pemerintahan berjalan baik ditengah dua kekuatan politik saat ini. Bagaimana kita berupaya agar kebijakan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah adalah untuk kesejahteraan rakyat, bukan untuk kepentingan masing-masing kubu.

Memang, polarisasi di kalangan pemuda akan tidak terelakkan. Tetapi itu dapat menjadi kekuatan tersendiri jika kedua pihak mendapat titik temu dalam mengawal pemerintahan kini. Kedua pihak dapat bersatu untuk mengawasi kinerja konstituen yang didukungnya. Pihak yang mendukung pemerintah, dalam hal ini Jokowi beserta Koalisi Indonesia Hebat, dapat mengontrol kebijakan pemerintah yang telah digembar-gemborkan sejak masa kampenye, juga mengontrol kinerja Oposisi agar tak serta merta melawan kebijakan pemerintah. Pihak yang mendukung Oposisi, dalam hal ini Koalisi Merah Putih, dapat mengontrol kebijakan pemerintah agar dapat mensejahterakan rakyat dan tidak mementingkan golongan tertentu. Selain itu keduanya dapat bertemu untuk mendiskusikan pandangan satu sama lain, memberikan penjelasan agar tanggapan yang diberikan tidak serta merta di keluarkan.

Sehingga, meskipun kita mempunyai pandangan yang berbeda tetapi kita harus menyatukan tujuan dan fungsi kita sebagai pemuda, menemukan titik temu dan saling terbuka agar pemerintahan dapat terkontrol dengan baik tanpa adanya perpecahan dikalangan pemuda. (MIM)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun