Tulisan ini saya buat sembari menunggu salah seorang kawan tatkala berencana pergi melakukan outbond. Sembari menunggu, saya sempatkan untuk menulis. Â Seperti biasa, refleksi saya lakukan tatkala kongkow-kongkow dan ngopi di sela-sela kegiatan rutin. Sembari ngobrol ngalor ngidul. Â Biasanya di situ kemudian kami merumuskan apa saja agenda yang harus dilakukan.Â
Maklumlah, selain lebih efisien, cara-cara yang seperti itu lebih mudah dan cepat. Banyak tema yang biasa diobrolkan dalam kesempatan itu. Kebetulan kami mengobrolkan pengalaman bagaimana membangun penerbitan kampus.Â
Apa sebaiknya yang perlu diperhatikan dalam membangun penerbitan kampus. Maklum, kawan ngobrol saya seseorang yang sedang merintis penerbitan kampus. Â Obrolan menyentuh banyak aspek termasuk hal-hal yang perlu mendapat perhatikan dalam pengembangan penerbitan kampus.
Dalam pandangan saya memang terdapat beberapa aspek yang perlu mendapat penekanan dalam pengembangan penerbitan kampus. Â Pertama, penerbitan. Program pokok penerbitan adalah menerbitkan buku. Penerbit harus punya target. Ada Rencana Strategis. Â Berapa jumlah buku yang akan diterbitkan dan bagaimana itu bisa tercapai.Â
Pengalaman saya mengajarkan bahwa kendala dalam pelaksanaan program ini antara lain pada kesadaran penulis untuk bersegera menuntaskan naskah bukunya sesuai  tegat waktu baik naskah mentahnya maupun naskah yang siap cetak (dami buku). Perlu disampaikan, penerbitan tidak akan bisa berjalan baik dan lancar tanpa input naskah buku dari penulis.Â
Tetapi, penerbitan juga perlu menentukan kebijakan berapa penulis bisa menerbitkan buku dalam satu tahun. Apakah satu buku per tahun atau dua buku per tahun dan sejenisnya. Patutnya, satu dosen satu buku per tahun. Kebijakan ini untuk memberikan kesempatan dan asas pemerataan terutama memberi kesempatan penulis-penulis baru. Â
Kedua, pemasaran. Selain upaya untuk memenuhi target penjualan buku melalui kegiatan penjualan buku baik melalui toko buku dan bursa. Selain buku dipasarkan di luar, ada baiknya penerbitan membuka outlet sendiri. Tujuannya agar penerbit dapat memasarkan buku-terbitan. Terlebih, di perguruan tinggi jumlah target pemasaran sudah di depan mata.
Kendala yang dihadapi di bidang pemasaran terutama terkait dengan bagaimana menyinergikan tiga hal: produk, pemasaran, dan penulis. Dari sisi produk, hal yang perlu mendapat perhatian adalah topografi buku seperti kapan pembejaran berlangsung. Oplah cetak juga sangat berpengaruh.
Ketiga, percetakan. Bersyukur pada tahun ini beberapa mesin kelengkapan percetakan untuk post-press mulai dipenuhi seperti mesin stiching, sring, dan punch. Di samping itu, konsumen baik dari luar dan dalam kampus mulai berdatangan. Kendala yang dihadapi oleh mesin percetakan adalah masih belum seimbangnya antara kemampuan mesin cetaknya dengan kemampuan mesin post-press-nya terutama mesin binding.Â
Ke depan direncanakan untuk membeli mesin binding dengan kapasitas besar sehingga bisa support dengan pekerjaan cetaknya. Tidak kalah pentingnya adalah penataan sistem organisasi dan administrasinya.Â
Dari sisi organisasi, percetakan sebagai unit bisnis apakah menjadi unit bisnis yang terintegrasi dengan kampus atau terpisah. Ini perlu kajian yang mendalam dari para pemangku kebijakan sehingga akan diperoleh formula yang terbaik.