Jika suatu saat kau lelah, merasa terasing dari duniamu, atau menangis dalam perjuanganmu, ingatlah satu hal, Ul. Di dunia ini seseorang bisa jatuh, melewatkan kesempatkan, atau kehilangan peluang. Tapi selama orang itu berpegang teguh pada taliNya, dia tidak akan pernah jatuh. Selain untuk bangkit dan menjadi lebih hebat. Â Â
Teruslah melangkah, Ul. Kayuh sepeda ontelmu. Baca buku-bukumu. Lambungkan seluruh harapanmu. Teruslah berusaha meriah segala mimpi-mimpimu. Ingatlah bahwa kelak tetes keringat dan peluhmu akan menjadi saksi kebahagiaanmu.
Ul, saat kau membaca surat ini mungkin kau sudah berada jauh di masa depan. Entah saat ni kau sudah meraih impian yang sering kau tempel di tembok kamar. Atau kau masih berjuang untuk mewujudkannya satu demi satu. Apapun itu, aku bangga padamu. Aku bangga karena setidaknya kau sudah berusaha menembus ketebatasan dan meninggalkan keputusasaan.
Dirimu di masa lalu,
Ulya
Surat pribadi tersebut adalah surat yang saya tulis beberapa tahun yang lalu untuk diri saya sediri di masa depan. Surat itu begitu dekat dan melekat di hati saya. Hingga tiba saatnya saya sampai di titik ini itu juga karena andil dari surat-surat yang saya tulis di masa lalu.Â
Dari contoh surat pribadi tersebut saya ingin menjelaskan kepada siswa bahwa masa depan adalah milik mereka yang berusaha. Saya ingin menumbuhkan kepercayaan siswa untuk merefleksikan dirinya sendiri. Saya ingin mereka belajar mengungkapkan keinginannya, harapannya, dan juga cita-citanya.
Tidak hanya tentang kenangan manis, surat dari diri kita di masa lalu juga dapat dijadikan satu "langkah" untuk menatap masa depan yang lebih baik. Perasaan sakit hati, jatuh, terbuang, dan kekecewaan terkadang menjadi momok yang menghambat pribadi untuk menjadi sukses. Oleh karena itu kita butuh sebuah langkah untuk berubah dan langkah itu dimulai dari diri kita sendiri.
Melalui media surat pribadi ini saya berharap semua siswa dapat mengenali dirinya sendiri. Apa yang mereka inginkan dan usaha apa yang akan mereka lakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Saya ingin mereka melupakah rasa sakit, penolakan, ataupun frustasi di masa lalu. Surat untuk diri di masa depan dapat menjadi awal baru untuk membangkitkan gairah bahwa mereka memiliki 'masa depan' dan mereka bisa memperjuangkannya. Sebaik-baiknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H