Mohon tunggu...
Muh IlhamPaduai
Muh IlhamPaduai Mohon Tunggu... Editor - Muh ilham paduai adalah mahasiswa perbankan syariah, orang yang sedikit cuek tetapi humoris, suka menulis Sejak SD. menyukai beladiri dan segala hal yang berhubungan dengan seni.

Laki-Laki yang menjadikan beladiri dan basket sebagai seni kemudian menulis sebagai olahra(sa)ga. - Akun Media Sosial : - Instagram : @Ilham_Paduai - Facebook : Muh Ilham Paduai - Twitter : @ilhampaduai05 - Wattpad : @Jing_Ga

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Apakah Manusia yang Sedang Bersama Memang Dijanjikan Sepasang Selamanya?

27 Oktober 2020   04:44 Diperbarui: 27 Oktober 2020   04:47 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source Pict :xenia.ephotos.org

Kalau kalian mampir hanya karena penasaran dengan judulnya, lebih baik kalian kembali pada aktivitas kalian sebelum membuka tulisan ini atau kalau kalian tidak punya waktu untuk membaca memakai hati dan pelan-pelan, lebih terpuji tutup kembali halaman yang telah kalian buka ini.
Ini hanya semacam diary dari pikiran saya. Sedikit ambigu dan terlalu basa-basi sebab tulisan yang ini benar-benar mengalir dari lubuk paling dalam hati saya, maaf kalau sebagian dari kalian tidak begitu paham. 

Saya sarankan baca pelan dan pake hati kalian. Tulisan ini sebenarnya tidak berguna, entah digolongkan kedalam, Opini, Essai, Puisi, Prosa atau apapun entah kalian menyebutnya apa. Jelasnya, saya hanya ingin mengenang apa-apa yang pernah terlintas  dipikiran saya.

Pada akhirnya saya sampai pada sebuah titik tentang kemuakkan menceritakan apapun tentang luka. Membuat perumpamaan perihal luka yang tengah dirasakan, agaknya sekarang mulai basi untuk digambarkan. Saya mengalami banyak kejadian, ada yang indah juga ada yang patah. Semuanya berkesinambungan membentuk pribadi dan mengasah kemampuan. Ada banyak cerita beberapa tahun belakangan ini. Tahun-tahun yang rumit jika harus dikisahkan lebih dalam. Tahun-tahun yang membawa saya merasa bangga dengan diri saya yang sekarang. Tahun-tahun yang rasanya agak sayang jika dibuang tanpa dikenang dan mungkin cukup sakit bila diingat dengan rasa. Beberapa tahun belakangan ini, saya banyak bermimpi tentang hal-hal mustahil menurut teman-teman saya. Saya terlalu banyak bertutur hingga mereka tertawa tidak percaya.
Beberapa tahun belakangan ini, saya lebih sering mengasah bakat-bakat yang saya memiliki. Orang-orang sering berkata perihal saya memiliki banyak bakat, mereka salah, saya sebenarnya tidak berbakat di berbagai bidang, hanya saja saya senang mempelajari hal-hal lain yang dikuasai orang lain. Ketika saya lihat teman saya jago main drum, seketika itu juga saya tertarik untuk belajar atau ketika saya lihat teman saya pandai mengutak-atik rubik sesaat itu juga saya ikut untuk belajar dari dia. Saya sama sekali tidak berbakat cuma ketertarikan saya yang kebetulan suka mempelajari banyak hal, membawa saya untuk bisa menguasai beberapa hal dalam bidang yang berbeda-beda.

Beberapa tahun belakangan ini, saya bertemu banyak teman-teman hebat. Saya belajar dari orang-orang luar biasa. Ada yang membimbing saya meningkatkan kemampuan dan bagaimana saya harus belajar, Ada yang mengajari saya tentang luka, suka serta bagaimana rasanya jatuh cinta. Hingga hari ini, saya masih menerka-nerka tentang apakah yang terjadi pada masa lampau yang saya alami akan menentukan baik atau tidak baiknya masa depan yang akan terjadi. Hingga hari ini, bahkan, meskipun banyak sekali perubahan, banyak sekali peningkatan, diri saya yang asli masih merasa begini-begini saja. Hingga hari ini, cita-cita saya masih banyak, impian saya tidak berubah sama sekali, masih tetap besar dan banyak.
Pada beberapa tahun belakangan ini, saya masih sering menebak tentang bagaimana jatuh cinta itu sebenarnya. Saya salah satu manusia dengan gengsi yang lumayan tinggi. Bila ditanya cinta, saya enggan untuk terus terang, jika diminta menjelaskan mengenai rasa, saya malah bingung. Entah tidak mau atau malu, jelasnya diri saya yang asli tidak ingin mengaku pada siapapun tentang rasa. Diri saya yang asli sebetulnya tidak ingin bercerita pada siapapun mengenai luka, biar saja ia disimpan pada lubuk paling dalam.

Beberapa tahun belakangan ini, saya seringkali memikirkan beberapa hal yang sebenarnya bukan urusan saya. Pertanyaan ini tentang fenomena yang sering saya perhatikan dibeberapa teman saya. Hingga hari ini, saya semakin gila urusannya perihal, "Apakah Manusia Yang Sedang Bersama Memang Dijanjikan Untuk Sepasang Selamanya?" Maksud saya, apakah seseorang yang saling mencintai ada jaminan untuk mereka bisa bertahan seumur hidup? Arahnya adalah mengapa orang-orang yang sepasang bisa sebegitu yakinnya dengan  cinta mereka. Ini memang ribet dan sungguh tidak penting saya bahasakan atau bahkan merangkainya menjadi tulisan sepanjang ini.

Namun, ada hal-hal yang selalu mendorong saya, tentang menyelesaikan tulisan ini ialah harus. Saya mulai dari teman-teman saya yang sempat singgah dan menjadikan saya tempat paling nyaman untuk bercerita. Katanya, Dia trauma untuk memulai sebuah hubungan, lelah rasanya memulai dari awal, terlalu rumit katanya jika membuka hati untuk orang yang baru, terlalu sulit rasanya ketika merangkai rasa dengan orang yang baru. Katanya lagi, dulu sebelum Dia akhirnya memilih menyerah dengan hubungannya, sungguh usaha yang dilakukan amatlah besar, pengorbanan pun sudah tidak terhitung, segala hal telah Dia lakukan, menjadi yang terbaik menurutnya, menjadi paling romantis, menjadi pasangan yang senantiasa ada, segalanya telah dijalani. Egois, luka, suka, duka semuanya sudah dirasakan. Namun apa yang membuatnya tidak cukup? Apa yang membuat teman saya yang sepasang ini memilih menyerah untuk sesuatu yang Dia usahakan dari nol? Apa yang membuatnya begitu yakin menyudahi sesuatu yang Dia rawat dan jaga dengan rasa?

Nah ada lagi teman saya, katanya dia telah sama-sama berjanji untuk sehidup - semati bersama. Mengikrarkan sumpah perihal tidak dari keduanya yang boleh menyerah mencintai. Namun, apa yang terjadi? Mereka pisah. Bagaimana dengan janji mereka, yah, hanya menjadi sebatas impian tanpa jaminan. Maka dari awal tulisan ini saya beri judul, "Apakah Manusia Yang Sedang Bersama Memang Dijanjikan Untuk Sepasang Selamanya?" Jawaban dari diri saya sendiri hingga saat ini masih menerka-nerka, masih ambigu, saya belum menemukan jawaban sederhana yang bisa saya terima dengan rasio dan rasa karena bagaimanapun kuatnya sebuah ikatan, siapa yang jamin akan terus sepasang?

Pacaran katanya salah cara mengikat lumayan kuat, toh putus juga. Pernikahan dibangga-banggakan sebagai akhir dari tidak sepasang menjadi sepasang, pada akhirnya ada saja manusia-manusia yang memilih pisah. Siapa yang jamin akan bersama sehidup - semati?

Sampai detik, saya dan pikiran yang agak sedikit tidak berguna ini masih berkutat. Entah memikirkan hubungan pribadi yang saya jalani atau entah memikirikan apa yang dijalani orang lain. Jelasnya, semuanya tidak begitu penting. Kalian pun kenapa masih ngeyel membaca hingga sejauh ini.

Sebagi penutup tulisan yang barangkali tidak berguna ini atau setidaknya ada yang kalian bisa copy kemudian paste dari tulisan ini,
Begini, sepasang itu bukan soal bagaimana saling mencintai, tidak tentang apakah saling suka atau tidak suka, bukan masalah percaya atau tidak percaya, bukan perihal saling setia atau khianat, tidak berkenan dengan egois atau saling mengalah, bukan perkara jujur atau bohong. Namun lebih dari itu semua, lebih dalam dari apa-apa yang selama ini kita pikirkan, Sepasang ialah menerima tidak baiknya pasanganmu lalu pelan-pelan mengubahnya, memahami pikiran negatifnya kemudian perlahan mengingatkan, memaklumi jelek rupanya lalu tidak peduli dengan itu, mengikhlaskan dirimu seutuhnya untuknya juga dirinya sepenuhnya untukmu.

Buku, 26 Oktober 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun