Wakil Ketua Umum PAN, Yandri Susanto, mengungkapkan dugaannya terkait retaknya hubungan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan PDIP. Menurutnya, pidato Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, yang menyatakan bahwa Jokowi tak ada apa-apanya tanpa PDIP, menjadi pemicu perpisahan di antara keduanya.
Yandri mencermati bahwa pernyataan tersebut mungkin membuat Jokowi memilih jalur yang berbeda, merasa memiliki kekuasaan dan dukungan yang cukup kuat. Dalam acara Adu Perspektif detikcom, Yandri menyatakan pemahamannya terhadap situasi ini dengan mengatakan, "Mungkin, ya mungkin. Ini sebagai manusia, yang punya merasa kekuasaan, pengikut banyak, mengambil jalan berbeda."
Meski demikian, Yandri juga menekankan bahwa PDIP memiliki daya tahan dan pengalaman dalam menghadapi berbagai tantangan politik. "Saya lihat PDIP sudah terlatih menghadapi persoalan selama ini," tambahnya.
Kendati terjadi perpecahan, Yandri juga menyatakan keyakinannya bahwa PDIP tetap mampu mengatasi masalah yang dihadapinya. Namun, ia menyoroti bahwa PDIP mungkin terlalu jauh dalam menilai perjalanan demokrasi dan mengekspos isu dugaan kecurangan pemilu.
Dengan adanya pergeseran dinamika politik yang melibatkan keluarga Jokowi dan PDIP, termasuk Gibran Rakabuming Raka yang ditetapkan sebagai cawapres Prabowo Subianto, serta Kaesang Pangaret yang memilih bergabung dengan PSI, artikel ini menggambarkan dinamika politik terkini dan analisis Yandri tentang perpecahan yang muncul.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H