Mohon tunggu...
MUH IHSAN PATAU
MUH IHSAN PATAU Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya berprofesi sebagai mahasiswa di Universitas Halu Oleh Kendari
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya memiliki hobi membuat kanten atau artikel yang menarik untuk di upload di media sosial

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Gugatan Tim GIBERAN: Kecacatan Hukum dalam Putusan MK Nomor 90/PUU-XXI/2023

14 November 2023   09:02 Diperbarui: 14 November 2023   10:46 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Solo, 13 November 2023*

Pengadilan Negeri (PN) Solo menjadi saksi persidangan kontroversial terkait gugatan terhadap penggugat perkara nomor 90/PUU-XXI/2023 yang membahas batas usia minimal Capres dan Cawapres. Almas Tsaqibbirru dan Gibran Rakabuming Raka, sebagai pihak tergugat, harus menghadapi gugatan dari Ariyono Lestari, seorang warga Indonesia dan alumnus Universitas Sebelas Maret (UNS).

Dalam gugatannya, Ariyono Lestari, yang diwakili oleh kuasa hukum Andhika Dian Prasetyo atas nama Tim GIBERAN (Giliran Berantakan), menyoroti kecacatan hukum dalam pemohonan dan gugatan. Andhika menegaskan bahwa Almas mencatut Universitas Negeri Surakarta, yang seharusnya disebut UNS, bukan UNSA.

"Anda dalam uji materiil yang dilakukan Almas, terjadi pengaburan atau pembohongan bahwa dia adalah mahasiswa Universitas Negeri Surakarta, padahal tidak ada. Yang ada Universitas Surakarta atau yang disingkat UNSA," ujar Andhika.

Meskipun surat pemohonan dan gugatan telah direvisi tanpa mencantumkan Almas dari Universitas Negeri Surakarta, Andhika menyatakan bahwa hal tersebut merupakan kecacatan hukum yang perlu diperhatikan. Meski begitu, Andhika menegaskan bahwa pihaknya siap menghadapi sidang untuk membela hak politik Ariyono Lestari yang dirasa terganggu oleh putusan Mahkamah Konstitusi (MK).

Terfokus pada gugatan terhadap Gibran Rakabuming Raka, kuasa hukum Ariyono mengungkapkan bahwa putusan MK sangat menguntungkan posisi Gibran sebagai Calon Wakil Presiden (Cawapres).

"Dengan putusan MK, sangat diuntungkan. Kami minta kepada KPU untuk menunda atau membatalkan pencawapresan dari Mas Gibran," ujarnya.

Ariyono Lestari, melalui Tim GIBERAN, menuntut ganti rugi sebesar Rp 204 triliun kepada para tergugat. Jumlah ini dihitung dengan meminta ganti tiap-tiap warga negara sebesar Rp 1 juta dikalikan seluruh jumlah pemilih tetap Pemilihan Umum 2024, yakni sebesar 204.807.222 orang. Dana tersebut diharapkan digunakan sebagai anggaran pendidikan untuk memberikan pencerahan mengenai ilmu kewarganegaraan.

Meskipun putusan MK bersifat final dan mengikat, kuasa hukum Ariyono mengutarakan harapan agar putusan tersebut dapat diperkuat oleh keputusan DPR RI. "Masih ada langkah hukum yang harus dilewati, seperti di DPR, sebelum dijadikan dasar KPU untuk penggugatan," ucapnya.

Tim GIBERAN kini menunggu sidang pertama untuk menyampaikan argumen dan bukti dalam menghadapi gugatan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun