Genghis Khan, panglima militer legendaris yang menyatukan suku-suku Mongol menjadi kekaisaran megah di China Utara, juga dikenal sebagai pria terkaya Tiongkok dengan harta mencapai US$120 triliun. Namun, kekayaannya bukanlah satu-satunya cerita menarik; makamnya yang misterius turut menyelimuti sejarahnya.
Lahir sebagai Temujin pada tahun 1115 Masehi, Genghis Khan dengan cepat meraih posisi sebagai Kaisar Mongol, menguasai wilayah luas hingga mencapai 13,5 juta km2. Penaklukannya melibatkan ekspansi ke seluruh penjuru dunia, dari Eropa dan Asia Tengah hingga memporak-porandakan Dinasti Abbasiyah pada 1258 Masehi.
Meski berhasil mencapai hegemoni, keberhasilan Genghis Khan tidak lepas dari kekejaman. Pasukan Mongolnya, sebagai nomaden, tidak ragu membunuh tanpa ampun demi sumber daya alam dan supremasi. Dalam perjalanannya, Genghis Khan meninggalkan warisan ekonomi yang besar, tercermin dari harta kekayaannya yang mencengangkan.
Namun, kematian Genghis Khan pada tahun 1227 M meninggalkan misteri besar. Berbeda dengan pemimpin lain yang meninggalkan tanda kematian, Genghis Khan meminta agar makamnya tidak diketahui oleh siapapun. Dalam pemakamannya, konon 2.000 tamu dan puluhan kuda dikorbankan agar lokasi makam tetap rahasia.
Hingga saat ini, upaya menemukan makam Genghis Khan terus berlangsung. Pada 2017, sebuah kelompok ahli menggunakan citra satelit untuk mencari, namun hasilnya nihil. Kutukan diyakini menjadi penghalang utama, dengan warga setempat menolak memberikan dukungan pada peneliti karena takut akan malapetaka.
Percobaan sebelumnya pada 2002 oleh tim AS juga dihantui serangkaian bencana, termasuk serangan ular berbisa dan kerusakan pada kendaraan. Kejadian ini menguatkan keyakinan akan kutukan yang menyelimuti makam Genghis Khan.
Albert Yu-Min Lin, seorang peneliti, mengungkapkan bahwa warga lokal percaya bahwa mengganggu pernyataan Genghis Khan dapat membawa malapetaka. Dengan keyakinan ini, makam Genghis Khan tetap menjadi misteri yang tak terpecahkan, membuktikan bahwa kadang-kadang, keingintahuan harus dibatasi oleh rasa hormat pada sejarah dan keyakinan masyarakat setempat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H