Mohon tunggu...
Din Muhidin
Din Muhidin Mohon Tunggu... Penulis - Motivator

Menulis untuk berbagi informasi, ide atau gagasan. Bertujuan, dapat bermanfaat terhadap sesama. I IG: dinmuhidin10

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Dibelenggu Sepi

7 Oktober 2021   08:59 Diperbarui: 7 Oktober 2021   09:04 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pohon, ibarat jiwa yang kosong . Sumber: Pixabay.com 

Puisi: Dibelenggu Sepi

Hari terus berganti, bulan - tahun kian menua
Dari mentari belum bangun dari mimpi indahnya sudah tinggalkan istana surga
Pulang ke peraduan ketika burung hantu tengah mencari makan

Sampai kapan dibelenggu sepi?
Sepi...sepi hati
Sepi...jiwa gersang
Sepi.. bodoh ilmu akhirat
Sepi...perhatian - berbagi sesama

Apa yang harus kupertanggung jawabkan pada Tuhan nanti
Tidak ada yang tahu kapan Tuhan akan memanggilku
Ku harus lepaskan belenggu sepi ini

Bekalku apa nanti tuk menghadapNYA
Puluhan tahun mengejar dunia
Keasyikkan - lupa diri hingga amnesia
Tahukah? Semuanya akan ku tinggalkan

Sepi... kini telah menjauh
Biarlah...Biarlah...Biarlah
Ku sudah puas
Cukup sudah menggenggam dunia
Giliran berburu akhirat
Sepi kini tak melanda lagi
Hidayah membuatku tersenyum

Din Muhidin
Tangerang, 5 September 2021

Baca Puisi Lainnya:
1.Puisi: Oh Duit
2. Puisi: Butuh Tuhan
3. Puisi: Dikejar Waktu
4. Puisi: Fobia Hujan
5. Puisi: Setop Korupsi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun