Indonesia tak pernah lekang dengan tradisi, salah satu tradisi yang selalu melekat pada masyarakat terutama ketika memasuki Hari Raya Idul Fitri adalah mudik. Mudik merupakan tradisi inklusif yang didalamnya mengandung makna yang mendalam soal ikatan batiniah kekeluargaan yang luhur. Tradisi setahun sekali ini juga sebagai bentuk dialektika sosial masyarakat kita yang sudah berlangsung sangat lama (bahkan sebelum saya lahir). Tradisi yang sudah menyatu tanpa batas dengan segala keunikannya, didalamnya terdapat suatu gambaran nyata tentang dinamika sosial budaya masyarakat Indonesia.
Bicara soal mudik bukan hanya esensinya tentang nikmatnya bersilaturahim kepada sanak keluarga di kampung halaman, tapi juga bicara soal permasalahan sosial yang terjadi seperti makin meningkatnya arus urbanisasi ke kota, tingkat konsumsi makin tinggi yang berujung pada inflasi, serta kemacetan dan tingkat kecelakaan yang meningkat. Bahkan pada masa orde baru, tradisi massal ini sempat tidak didukung oleh pemerintah, karena dianggap menambah beban anggaran dan kerja pemerintah terutama dari sektor transportasi dan infrastruktur.
Namun saat ini semua sudah berubah, dengan pemahaman dan kesadaran yang berbeda memaknai tradisi mudik ini yang tadinya dianggap sebagai beban pemerintah sekarang menjadi sesuatu yang harus di "manage" secara sistematis. Tragedi Brexit (Brebes Exit) yang terjadi pada 2016 lalu menjadi rapor merah pemerintah tentang kurang koordinasi dan sistematisnya manajemen mudik pada saat itu. Sebanyak 13 orang meninggal dunia imbas dari kemacetan di exit toll Brebes selama tiga hari 3-5 Juli 2016, jatuhnya korban jiwa ini bahkan peristiwa ini sempat mendapatkan perhatian dunia internasional.
Seakan belajar dari tragedi Brexit di 2016, pemerintah gencar melakukan langkah-langkah konkrit untuk persiapan mudik tahun ini. Bahkan Presiden sudah memberikan mandat tegas kepada aparat terkait agar tragedi tersebut tidak terulang lagi. Presiden meminta kemacetan panjang hingga 18 kilometer yang terjadi di pintu tol Brebes Timur pada tahun lalu jangan sampai terulang. Apalagi Presiden menambahkan pada tahun ini sudah ada beberapa ruas jalan tol baru yang dikejar pembangunannya dan siap digunakan. Dengan telah dibangunnya beberapa ruas tol yang baru diharapkan tregedi seperti tidak terulang lagi (Kompas.com, 3/4/2017).
Seperti yang saya ungkapkan sebelumnya bahwa mudik sebaiknya bukanlah harus menjadi beban namun sesuatu yang harus di "manage" dengan baik, butuh manajemen yang profesional. Bicara soal manajemen, artinya hal itu mencakup mulai dari perencanaan, eksekusi, kontroling atau pengawasan dan evaluasi. Saya yakin pasca tragedi Brexit pemerintah serius merencanakan persiapan mudik tahun ini. Koordinasi dengan berbagai kementerian terkait sudah dijalankan dengan baik, sudah tidak kita lihat lagi saling tuding antara instansi pemerintah seperti tahun lalu, semuanya sudah bekerja dengan koridornya masing-masing, kita jelas harus apresiasi soal itu.
Penambahan ruas jalan tol adalah solusi yang jitu dari pemerintah, meski kondisinya masih bersifat darurat akan tetapi memberikan dampak yang sangat positif untuk memecah kemacetan yang sering terjadi di beberapa titik. Meski sepertinya dengan adanya penambahan ruas jalan ini malah mendorong meningkatnya volume kendaraan namun fakta di lapangan semuanya bisa di atasi dengan baik. Begitu pula dengan tingkat kecelakaan yang menurun, data dari humas Polri menyatakan bahwa pada mudik 2017 ini terjadi 93 kecelakaan, tahun lalu terjadi 126 kecelakaan, tingkat fatalitas korban meninggal dunia menurun sekitar 17 persen (Kompas.com, 3/7/2017).
Hal-hal berikut menjadi prestasi tersendiri bagi pemerintah, Menkopolhukam, Wiranto pun mangapresiasi kinerja pemerintah terkait dengan kelancaran mudik kali ini. Menurutnya hal ini berkat kerjasama antar kementerian, lembaga-lembaga terkait serta pengamanan dari aparat kepolisian. Mudik lebaran kali ini relatif lancar, arus balik juga relatif bagus karena dari awal pemerintah sudah melakukan perencanaan dengan sistematis (CNN, 3/7/2017). Meski begitu, pemerintah tidak boleh jumawa melihat data statistik tersebut, evaluasi tetap harus dilakukan supaya di tahun depan lebih baik dari tahun ini.
Banyak pihak yang memuji penyelenggaraan tahun ini jauh lebih baik dibanding tahun lalu, terkait hal tersebut Menteri Perhubungan, Budi Karya, tidak menampiknya. Kendati dinilai sukses, Menhub menilai masih banyak hal yang perlu diperbaiki untuk penyelenggaraan mudik di tahun depan. Ada beberapa hal krusial yang masih harus diperbaiki, seperti masih terdapatnya layanan angkutan massal yang belum laik jalan, masih ada pemudik dengan roda dua, dan manajemen jalur rest area yang harus di optimalkan lagi (Kompas.com, 3/7/2017). Pastinya ini juga menjadi harapan kita bersama supaya setiap ada momen mudik menjadi sesuatu yang menyenangkan dan menggembirakan. Apresiasi untuk pemerintah sudah layak kita berikan, semua stakeholder sudah melakukan yang terbaik agar semua pemudik merasakan kenyamanan dan keamanan. Terima Kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H