Tadi siang saya kedatangan tamu, sampai ke perbincangan (T=Tamu, S=Saya)
T: Mas, sudah mendengar tentang ustadz Solmed?
S: Memang kenapa, ya tahunya dia ustadz yang ngartis, entah menonjol artisnya atau ustadznya.
T: Kan gara-gara shalawat dia dikait2kan dengan Syiah
S: Lho kok bisa?
T: Coba Mas Ibnu kalau shalawat gimana?
S: Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad wa aali Muhammad
T: Nah nanti bisa-bisa mas Ibnu dikatain syiah.
S: (sambil mikir bingung) Kok bisa?
T: Shalawatnya soalnya pakai wa aali Muhammad
S: (Saya makin bingung). Sejak SD saya kalau membaca shalawat biasanya memang lengkap seperti itu, karena bacaan shalawat, saya mengenal pertama kali di bacaan sholat ketika duduk tasyahud, kan memang lengkap, sholawat ke Nabi Ibrahim juga lengkap kan. Bukannya kalau lengkap lebih baik, seperti ketika menjawab salam, saya sudah terbiasa juga lengkap. Ketika ada orang bersin, dan mengucap “Alhamdulillah” saja, saya juga berusaha menjawab selengkap yang saya bisa.