Mohon tunggu...
Muh. Ibnu Choldun R.
Muh. Ibnu Choldun R. Mohon Tunggu... -

Seorang pengajar, tinggal di Bandung. Sampai SMA tinggal di Sukoharjo.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tragedi Mina Dari Pandangan Subjektif Saya 2 :Lanjutan

12 Oktober 2015   19:34 Diperbarui: 13 Oktober 2015   08:27 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Mungkin saja jamaah Iran memang melawan arus, tetapi Mbak Asma Nadia mungkin juga tidak salah)

Saya mengatakan apa yang saya tulis masih bersifat subjektif, karena saya tidak melakukan penelitian mendalam terhadap apa yang saya tulis. Saya hanya mencoba merangkai puzzle-puzzle yang berserakan untuk menjadi satu kesatuan yang utuh bersumber dari berita-berita online dan sedikit koran cetak, tentunya saya menggunakan logika dan akal sehat saya. Jadi sangat mungkin apa yang saya tulis belum akurat. Berbagai rumor, gosip tetap saya sertakan selama mampu dirangkai menjadi cerita yang runut. Referensi saya tulis dalam nomor diapit kurung siku. Dua rumor/gosip yang tidak saya gunakan, karena sudah dibantah secara resmi adalah:

  1. “dokter” Mesir mengatakan ada sabotase gas beracun[9] [10]

Pemerintah Arab Saudi secara resmi sudah membantah gosip ini.

Komentar saya: Surat “dokter” Mesir yang ditujukan kepada Raja Arab Saudi, dalam penilaian saya lebih semacam curahan hati seorang pasien Histrionik yang sedang berkonsultasi ke Psikolog, dibanding laporan seorang dokter, atau mungkin memang ia bukan seorang dokter. Lagi pula penyintas dari Indonesia tidak mengalami gejala keracunan sama sekali.

  1. 28 Askar telah dipancung oleh kerajaan Arab Saudi

Gosip ini juga dibantah secara resmi oleh Kerajaan.

Komentar saya: sangat bodoh kalau memang kerajaan Arab Saudi melakukan ini, karena otomatis  semua orang akan berpikir, bahwa pemancungan dilakukan untuk menutupi sebab yang sebenarnya mengapa tragedi ini bisa terjadi.

  1. Sumber-sumber yang saya gunakan, saya menilai cukup netral (BBC, Wall Streel Jounal, detik). Kalau BBC dan WSJ berasal dari negara yang secara politik berseberangan degan Iran, jadi kecil kemungkinan mereka condong mendukung pihak tertentu. Detik.com dll saya menilai cukup netral. Kalau arrahmah.com saya menilai agak memusuhi Iran, tetapi tetap saya gunakan, karena secara keseluruhan tidak merusak rangkaian cerita.

               Saya menuliskan “ada kemungkinan memang jama’ah Iran melawan arus”, mudah-mudahan tidak dijadikan senjata untuk menyerang golongan tertentu, dengan hanya sengaja memenggal tulisan saya di bagian ini. Demikian juga ketika saya memberikan “kripik pedas (kritik pedas maksudnya), terhadap Kerajaan Arab Saudi”, mudah-mudahan juga tidak ada yang sengaja memenggal tulisan saya di bagian ini, untuk memojokkan golongan yang lain. Jadi yang membaca tulisan ini sebaiknya membaca secara utuh, dan memahaminya sebagai penjelasan dari sudut pandang sistem, seperti yang sudah saya tulis di tulisan yang pertama, bahwa tragedi Mina 2015 memang terkait erat dengan pengelolaan sistem yang masih kurang baik.

               Saya bukan pendukung fanatik Republik Islam Iran. Kalau pun saya kagum dengan negara Iran, hanya karena Iran menjadikan Israel dan sekutu setianya Amerika Serikat menjadi musuh besarnya, di mana Israel adalah musuh nomor satu  buat umat Islam. Saya juga bukan pembenci Kerajaan Arab Saudi, dengan berkali-kali mengkritik atas penyelenggaraan ibadah Haji yang menurut saya, belum disediakan sistem pengamanan yang andal. Sebagai penyelenggara prosesi ibadah Haji, sudah sepantasnya kita memberikan penghormatan kepada Kerajaan Arab Saudi, di lain pihak Kerajaan memang harus bertanggung jawab penuh jika ada gangguan atau musibah dalam penyelenggaraan ibadah haji ini. Kalaupun ada hal yang saya kurang suka terhadap Kerajaan Arab Saudi ini, yaitu semata-mata karena tidak mampu bersikap tegas terhadap musuh nomor satu umat Islam, Israel.

               Saya juga menuliskan “kemungkinan Mbak Asma Nadia tidak salah”, juga bukan karena saya mendukung Mbak Asma Nadia. Sekali pun saya belum pernah baca novelnya. Saya hanya pernah melihat sekilas sinetron yang diangkat dari novelnya, yang dibintangi Dewi Sandra. Yang saya ingat, sebuah film yang diangkat dari novel Mbak Asma Nadia ini (“Surga yang Tak Dirindukan”) telah membuat kuota poligami aktor Fedi Nuril sudah habis ( mempunyai dua istri di film Ayat-Ayat Cinta, demikian juga di Film Surga yang Tak Dirindukan). Saya pun belum menonton film tersebut. Jadi kalau pun saya seolah-seolah membenarkan Mbak Asma Nadia, tidak lain karena saya melihat keruntutan ketika mendeskripsikan sebuah sistem.

 

A. RINGKASAN DARI TULISAN PERTAMA

  1. Menyalahkan perilaku Jama’ah dalam tragedi Mina 2015 sesuatu yang kurang elegan. Sudah menjadi korban masih saja disalahkan. Jama’ah bisa disalahkan jika memang sengaja melakukan SABOTASE atau TERORISME. Seharusnya kita memandang jama’ah adalah sebagai entitas dari sistem yang bisa dikendalikan.
  2. Untuk perbaikan sistem, saya lebih cenderung merekomendasikan harus ada perbaikan struktur dari sisi perangkat keras, tidak cukup hanya perbaikan struktur dari perangkat lunak(jadwal, aturan, dll) ataupun perbaikan perilaku jama’ah.
  3. Bahwa sebab utama dari tragedi Mina adalah karena ada kepadatan jama’ah di rute 204 yang sudah jauh di atas ambang maksimal. Investigasi seharusnya dimulai dari sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun