Mohon tunggu...
Muhibbuddin Abdulmuid Yassin Marthabi
Muhibbuddin Abdulmuid Yassin Marthabi Mohon Tunggu... lainnya -

Saya manusia biasa yang makan dan minum...bisa lapar dan haus..yang bisa senyum dan sakit...bisa gembira dan luka hati...bisa tertawa dan meneteskan air mata...seperti teman-teman semua...saya manusia...\r\nTapi hamba ini berdo'a..jika hamba mati..darah hamba mengalir di bumi dan menulis kalimat الله\r\n\r\nwww.suaramuhibbuddin.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Senjata Nuklir: Lambang Kemunduran Peradaban Manusia

5 Mei 2010   16:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:23 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Peradaban adalah memiliki berbagai arti dalam kaitannya dengan masyarakat manusia. Seringkali istilah ini digunakan untuk merujuk pada suatu masyarakat yang "kompleks": dicirikan oleh praktik dalam pertanian, hasil karya dan pemukiman, berbanding dengan budaya lain, anggota-anggota sebuah peradaban akan disusun dalam beragam pembagian kerja yang rumit dalam struktur hirarki sosial.

Istilah peradaban sering digunakan sebagai persamaan yang lebih luas dari istilah "budaya" yang populer dalam kalangan akademis. [1] Dimana setiap manusia dapat berpartisipasi dalam sebuah budaya, yang dapat diartikan sebagai "seni, adat istiadat, kebiasaan ... kepercayaan, nilai, bahan perilaku dan kebiasaan dalam tradisi yang merupakan sebuah cara hidup masyarakat". [2] Namun, dalam definisi yang paling banyak digunakan, peradaban adalah istilah deskriptif yang relatif dan kompleks untuk pertanian dan budaya kota. Peradaban dapat dibedakan dari budaya lain oleh kompleksitas dan organisasi sosial dan beragam kegiatan ekonomi dan budaya.

Dalam sebuah pemahaman lama tetapi masih sering dipergunakan adlah istilah "peradaban" dapat digunakan dalam cara sebagai normatif baik dalam konteks sosial di mana rumit dan budaya kota yang dianggap unggul lain "ganas" atau "biadab" budaya, konsep dari "peradaban" digunakan sebagai sinonim untuk "budaya (dan sering moral) Keunggulan dari kelompok tertentu." Dalam artian yang sama, peradaban dapat berarti "perbaikan pemikiran, tata krama, atau rasa". [3] masyarakat yang mempraktikkan pertanian secara intensif; memiliki pembagian kerja; dan kepadatan penduduk yang mencukupi untuk membentuk kota-kota. "Peradaban" dapat juga digunakan dalam konteks luas untuk merujuk pada seluruh atau tingkat pencapaian manusia dan penyebarannya (peradaban manusia atau peradaban global). Istilah peradaban sendiri sebenarnya bisa digunakan sebagai sebuah upaya manusia untuk memakmurkan dirinya dan kehidupannya. Maka, dalam sebuah peradaban pasti tidak akan dilepaskan dari tiga faktor yang menjadi tonggak berdirinya sebuah peradaban. Ketiga faktor tersebut adalah sistem pemerintahan, sistem ekonomi, dan IPTEK.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Peradaban

Jika kita merujuk pada pengertian peradaban di atas, maka jelas sekali tidak ada ciri-ciri yang menunjuk pada sebuah kekuatan untuk membangun peradaban. Kekuatan sebuah bangsa atau negara tidaklah  linier dengan perkembangan peradaban manusia. Tidak ada sebuah peradaban dibangun dengan mengunggulkan kekuatan, apalagi kekerasan.

Lebih dekat lagi, kita memahami bahwa banyak negara membanggakan kepemilikan senjata nuklir. Senjata nuklir, jika kita dalam pelajari maka sebenarnya bukanlah alat untuk mempertahankan diri, tetapi alat untuk menyerang dan mematikan kehidupan manusia dan lingkungannya. Senjata nuklir jelas tidak mendukung laju peradaban.

Umat manusia sudah hidup sekian ribu tahun, tetapi dengan senjata nuklir, justru mundur ribuan tahun, di mana saat itu pembunuhan terjadi di mana-mana. Bahkan senjata nuklir lebih jauh membawa manusia tertinggal dari kemodernan dan peradaban, sebab berpotensi membunuh sekian ribu orang dan merusak lingkungan, di mana untuk restorasinya membutuhkan waktu yang sangat lama. Konsensus peradaban tentulah tidak memberi celah bagi terjadinya pembunuhan dan penghapusan manusia atau sebuah bangsa.

Jadi, sekarang ini, kita ternyata bukan sedang melangkah ke arah kemajuan peradaban, justru kemunduran zaman. Sadarkah kita, bahwa kita bukan sedang hidup di zaman modern, tetapi zaman neo-primitif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun