Tulisan ini merupakan bentuk Resume dari Buku berjudul ”Patologi Sosial, Gangguan-gangguan Kejiwaan”. Pengarang : Dr.Kartini Kartono (2010).
Siapapun diperbolehkan untuk copy paste dengan bebas atas tulisan berikut ini dengan tujuan bukan untuk kegiatan komersil, tanpa ijin dari penulis,
Download file Powerpoint
TUGAS KELOMPOK PATOLOGI SOSIAL
PEMAHAMAN MENGENAI MANUSIA DAN KEHIDUPAN PSIKIS
Apa yang terkandung dalam pribadi manusia, sejatinya bisa dipahami lewat pengamatan terhadap pikiran, perasaan dan kemauan dan isu-isi ketidaksadarannya. Isi-isi kejiwaan dapat disebut subyektif maupun obyektif. Isi kejiwaan tersebut disebut obyektif jika peristiwa itu benar-benar ada, bisa dijelaskan, dapat dikontrol kebenarannya melalui bukti yang nyata.
Apabila suatu isi psikis itu sesuai dengan pendapat sendiri, tidak bisa dikontrol dan dibuktikan menurut selera sendiri, disebut subyektif. Berbagai isi kejiwaan subyektif tersebut memiliki sifat yang ”mengganggu” .
Gangguan-gangguan psikis itu hampir-hampir tidak pernah muncul disebabkan oleh satu faktor saja, akan tetapi selalu diakibatkan oleh satu rentetan kompleks faktor penyebab, yaitu oleh faktor organis atau somatis, faktor psikis dan struktur kepribadian, serta lingkungan atau sosial.
Banyak manusia yang lahir dari suatu rumah tangga yang rusak secara moral, di mana perlakuan buruk dari anggota keluarganya sendiri kadangkala diterimanya tanpa bisa menolak dan membela diri, sehingga menciptakan gangguan-gangguan psikis yang menetap dalam dirinya.
Kemudian model kehidupan masyarakat modern ini, yang kompetitif, penuh persaingan kepentingan, memburu keuntungan semata, individualis dan eksplosif sekarang ini memberikan dampak negatif pada perkembangan kepribadian anak-anak dan para pemudanya, juga orang dewasa dan orang tua-orang tua, yang ini dapat berkembang menjadi bentuk-bentuk gangguan jiwa.
PENGERTIAN SAKIT DAN PENYAKIT GANGGUAN FUNGSI PSIKIS
Menurut Prof.DR.P.C.Kuiper, 1973, definisi penyakit adalah terganggu atau tidak berlangsungnya fungsi-fungsi psikis dan fisik, yaitu ada kelainan dan penyimpangan yang mengakibatkan kerusakan dan bahaya pada organ atau tubuh, sehingga bisa mengancam kehidupan. Orang tersebut disebut sakit apabila dia mengalami kelainan/penyimpangan yang mengakibatkan kerusakan dan bahaya organ atau tubuh, dan bisa mengancam kehidupannya.
Gangguan fungsional adalah gangguan pada fungsi-fungsi fisik maupun pada fungsi-fungsi psikis.
Gangguan fungsional ada dua, laesional dan psikogen. Penderitaan dan gangguan pada fungsi yang disebabkan oleh cedera atau laesie dinamakan gangguan laesional. Apabila gangguan tersebut berlaku secara berterusan disebut cedera organis/laesie. Ketika pengaruh-pengaruh psikis dan konflik-konflik psikis tersebut menimbulkan gangguan fisik, maka gangguang ini dinamakan gangguan psikogen.
Organisme merupakan pribadi yang hidup dan tumbuh, yang mengalami suatu proses adaptasi (penyesuaian diri), relasi dinamis antara fungsi-fungsi dalam organisme dengan lingkungannya. Dengan adanya penyesuaian diri tersebut, maka gangguan dalam diri manusia, baik psikis dan fisik, bisa memberikan suatu kemampuan untuk hidup sehat. Akan tetapi, jika adaptasi tersebut tidak berjalan normal ataupun berhenti, dan kejadian tersebut berlangsung secara progresif, maka timbul akibat yang disebut sakit.
Sehingga, penentu bagi jiwa yang sehat maupun sakit adalah 1) isi dari pengalaman individu 2) cara individu mengelola dan menyelesaikan yang dihadapi, yaitu dengan cara yang wajar, melalui penggunaan mekanisme pelarian diri dan pembelaan diri yang negatif.
PENYEBAB GANGGUAN PSIKIS: FAKTOR MULTI-KAUSAL
Penyebab gangguan psikis adalah faktor organisme itu sendiri, psikisnya dan pengaruh sosial, yang mana antara satu sama lain saling mempengaruhi dan menjalin suatu rangkaian yang multikausal, sehingga gangguan psikis tersebut menjadi kompeks untuk diselesaikan dan diobati.
Sebab musabab yang multikausal yang berlangsung secara ”sinergi” tersebut difahami sebagai sumber utama permasalahan dan penyakit dalam diri manusia yang normal.
GANGGUAN KESADARAN
Kesadaran adalah suatu intensionalitas atau suatu relasi antara subyek yang aktif mengalami dengan obyek yang dialami. Dapat diartikan sebagai pengamatan sendiri, penghayatan sendiri, pengalaman sendiri, dengan sadar dimaksudkan begitu. Ketidaksadaran merupakan tidak diketahui dengan jelas, terlepas dari penghayatan sendiri, tidak dimaksudkan sedemikian.
Gejala gangguan kesadaran ialahcoma (penyakit tidur), subcoma (di bawah penyakit tidur sangat pulas) , sopor (tidur sangat nyeyak), delier (lepas, gila, panas hati, pasien menjadi cemas dan gelisah), dementia, dan keadaan samar-kabur histeris. Gangguan kesadaran histeris terkadang muncul dengan kecemasan yang kronis. Gangguan kesadaran ini biasanya karena adanya gangguan fungsi pada pusat otak, disebabkan oleh suatu penyakit fisik, oleh intoxicatie, atau oleh keracunan. Pada kecederaan otak yang disebut dengan geger otak atau commotio cerebri, gangguan kesadaran juga bisa timbul. Gangguan kesadaran yang parah menunjukkan gejala sebagai berikut:
1. Daya orientasinya sangat terganggu
2. tTdak memahami lingkungan sekitarnya
3. Konsentrasi minatnya terganggu atau tidak bisa berlangsung
4. Mengalami amnesia atau hilang ingatan tentang keadaan diri sendiri dan lingkungannya.
Dementia adalah proses kemunduran yang hebat pada penderita amnesia. Dementia senilis disebabkan oleh proses ketuaan fisik. Dementia paralytica disebabkan oleh kelumpuhan, berlangsung proses kerusakan yang progresif, yang mengakibatkan perubahan dan erosi pada struktur kepribadian, disertai dengan kompleksitas gejala amnesia. Pusat kerusakan pada cortex atau kulit otak (selaput otak).
Silbermann (1971) mendefinisikan beberapa gangguan kesadaran:
1. Coma, kehilangan kesadaran, tanpa reaksi terhadap perngsang sakit
2. Subcoma, kehilangan kesadaran, namun masih bisa mereaksi perangsang sakit
3. Keadaan soporeus, kehilangan kesadaran, namun masih bisa dibangunkan
4. Keadaan samar kabur, menurunnya kesadaran, namun tidak dihinggapi halusinasi dan delusi-delusi.
5. Keadaan delirant, menurunnya kesadaran disertai halusinasi dan delusi.
6. Keadaan stupor, keadaan tetap sadar, namun mengalami mutisme (membisu), tanpa gerakan-gerakan sama sekali dan menjadi kaku beku.
GANGGUAN KESADARAN DIRI DALAM WUJUD DEREALISASI DAN DEPERSONALISASI
Derealisasi merupakan gangguan kesadaran dalam bentuk di mana seseorang tidak mengenal kembali lingkungan sekitar. Apabila ada tanggapan yang sangat keliru mengenai dunia kenyataan/realitas yang diputarbalikkan dan dipalsukan, yang ditujukan kepada diri sendiri dan person lain, maka disebut depersonalisasi. Pada keduanya, seseorang menjadi asing, tidak mengenal kembali situasi sekitarnya, muncul ketakutan dan panik. Lalu sering timbul perasaan hilang hanyut, tidak berdaya dan rasa putus asa.
Instink terdapat pada hewan, tetap manusia juga memiliki perilaku yang instinktif, namun sudah tidak murni lagi sebab sudah mengalami campuran dengan norma-norma dalam kehidupan sosialnya. Disandingkan dengan dorongan atau motivasi, instink manusia menjadi penggerak bagi segala tingkah laku dan menjadi pendorong tenaga dinamis yang tertanam dalam kepribadian manusia.
Narkotika merupakan sebagian dari penyebab ketergantungan psikis dan fisik. Akibat jauh dari narkotika ini adalah timbulnya banyak masalah sosial, prostitusi, kriminalitas, kenakalan remaja, gerakan ekstrim, keresahan sosial, dan lain sebagainya.
GANGGUAN PADA FUNGSI PENGENALAN
Pengenalan atau pengamatan muncul melalui indera manusia. Ketika terjadi suatu daya pengamatan yang terganggu atau cedera, maka orang tersebut akan : tidak mampu mengerti dan memahami perasaan orang lain, tidak mengerti kondisi lingkungan sosial, sehingga tidak mampu melakukan perbuatan manusiawi yang biasa-biasa, sebagaimana yang diharapkan oleh orang lain yang normal dan pada dirinya sendiri. Ini ditimbulkan bisa karena kurang peka dan kurang tanggap, ingatannya buruk, bahkan justru mereaksi salah tetapi tidak menyadari kesalahannya.
Pengamatan adalah kesan yang diterima, sewaktu perangsang yang diberikan oleh dunia luar atau kenyataan yang ada mengenai indera kita.
Gangguan pada fungsi pengenalan atau pengamatan adalah :
1. Ilusi optik, pengamatan yang keliru
2. Halusinasi, pengamatan tanpa obyektivitas penginderaan dan tanpa disertai perangsang fisik yang bersangkutan
3. Pseudo-halusinasi, peristiwa yang dihayati sebagai tanggapan, dan bukan sebagai satu pengamatan, pengmatan semu, satu tanggapan spontan dan tiba-tib.
4. Mimpi-mimpi, mirip dengan halusinasi, tetapi bukan penyakit jiwa
5. Delusi, gambar-gambar tipuan dari pengamatan, gambar semu atau yang memperdayai kita, dengan kesesatan yang tidak bisa dibetulkan dan tidak cocok sama sekali dengan pikiran serta pendapat sendiri. Disebabkan oleh pengalaman masa lalu atau harapan yang belum tercapai.
6. Hilangnya reality-testing. Reality testing merupakan daya untuk melakukan test realitas hidup, baik terhadap diri sendiri maupun lingkungannya, untuk membedakan diri pribadi dengan dunia luar.