Mohon tunggu...
Muhibbuddin Abdulmuid Yassin Marthabi
Muhibbuddin Abdulmuid Yassin Marthabi Mohon Tunggu... lainnya -

Saya manusia biasa yang makan dan minum...bisa lapar dan haus..yang bisa senyum dan sakit...bisa gembira dan luka hati...bisa tertawa dan meneteskan air mata...seperti teman-teman semua...saya manusia...\r\nTapi hamba ini berdo'a..jika hamba mati..darah hamba mengalir di bumi dan menulis kalimat الله\r\n\r\nwww.suaramuhibbuddin.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menghadapi Era Operasi Plastik

12 Juni 2010   06:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:35 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kehebatan ilmu pengetahuan semakin tidak terkawal. Berbagai penemuan baru disuguhkan ke meja dunia, melintasi batas negara.  Banyak orang yang sudah terbantukan dengan hadirnya Teknologi Operasi Plastik, termasuk di dalamnya adalah Face-off, yaitu jenis operasi plastik yang mengubah atau memodifikasi bentuk dan model muka manusia. Operasi Plastik sudah menjadi trend dunia, tidak hanya di negara maju, tetapi sudah menjalar ke nagara-negara berkembang termasuk Indonesia, terutama artis-artis yang mendambakan tubuh atau wajahnya tampak lebih cantik dan menarik.

Pada saat pencarian dan penemuannya, memang tidak untuk digunakan sebagai komoditi atau bahan jualan murah di pasaran, tetapi tentu untuk maslahat dan manfaat yang lebih luhur yaitu membantu memperbaiki kulit atau bagian tubuh manusia yang sudah terlanjur "rusak" akibat kecelakaan atau terkena penyakit. Akan tetapi pada kenyataannya, penyebaran dan peminat operasi plastik sudah tidak dapat dikendalikan oleh apapun. Bahkan regulasi yang sudah ada juga tidak menjelaskan apakah diperbolehkan atau tidak melakukan operasi Face-off dengan meniru wajah atau bentuk bagian tubuh seseorang tanpa ijin dari pemilik wajah "asli"nya. Jika rambu-rambu ini tidak ada, maka akan sangat banyak suatu saat orang-orang yang  menjadi korban dari kegiatan menyimpang operasi plastik ini.

Pada waktu yang akan datang, tidak hanya Ariel, Luna Maya, dan Cut Tari yang saja yang akan menjadi korban "penyamaran" bentuk rupa, tetapi tokoh-tokoh agama termasuk tokoh-tokoh politik juga akan ditiru dan dipalsukan. Semua ini harus dicegah sedini mungkin. Kehebatan ilmu kedokteran yang diselewengkan tidak hanya merusak dan "membubarkan" kesepakatan norma dan etika di masyarakat, tetapi juga akan membuat dunia secara umum menjadi "huru-hara informasi", yang tidak hanya korban pemalsuan wajah dan badan yang menderita, dunia lain seperti anak-anak dan pelajar sekolah juga akan menerima efek ini. Yang tidak kalah besar akibat buruknya adalah apabila pemalsuan-pemalsuan wajah dan badan sudah menjadi biasa dan lumrah, sebagai efek domino kemajuan teknologi manusia.

Lebih besar lagi harga yang harus dibayar adalah apabila pelaku pemalsuan wajah dan badan ini memalsukan juga perilaku pemilik wajah asli dengan perilaku menyimpang dan "melibatkan" diri dalam dunia kejahatan. Seperti terlibat dalam perzinaan, pencurian, pembunuhan, video porno, pornografi, dan lain-lain.

Kasus seperti menimpa Ariel dan teman-temannya sebagai peringatan awal kepada kita semua, bahwa Operasi Plastik yang diselewengkan semacam itu juga mungkin akan terjadi pada tokoh agama, tokoh politik, tokoh-tokoh di pemerintahan. Lantas bagaimana jika yang dipalsukan adalah wajah orang yang duduk di dunia politik, agama, atau pemerintahan, dan publik figur di masyarakat, alamat pasti akan mengguncang dunia, lebih keras dari sekedar seorang Ariel.

Dengan membuka segala kemungkinan motivasi dan agenda tersembunyi dari kegiatan pemalsuan wajah dan badan ini, kita harus mempersiapkan diri menghadapi keadaan dunia yang simpang siur dan "membingungkan" ini, di mana orang yang asli dengan orang yang palsu sudah tidak bisa dibedakan dengan jelas.

Ini dunia, semua serba mungkin. Regulasi dan undang-undang harus segera disusun dan melarang segala bentuk peniruan dan pemalsuan wajah dan badan seseorang. Memang pelaksanaannya sangat rumit, tetapi jika tidak ada batasan-basatan yang jelas dan regulatif, maka akibat yang dihadapi adalah kegoncangan sosial. Kegoncangan sosial membentuk kecenderungan atau "trend gaya", dan trend gaya ini yang akan memperburuk suasana publik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun