Mohon tunggu...
Muhibbuddin Abdulmuid Yassin Marthabi
Muhibbuddin Abdulmuid Yassin Marthabi Mohon Tunggu... lainnya -

Saya manusia biasa yang makan dan minum...bisa lapar dan haus..yang bisa senyum dan sakit...bisa gembira dan luka hati...bisa tertawa dan meneteskan air mata...seperti teman-teman semua...saya manusia...\r\nTapi hamba ini berdo'a..jika hamba mati..darah hamba mengalir di bumi dan menulis kalimat الله\r\n\r\nwww.suaramuhibbuddin.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Persatuan Umat Islam Indonesia Adalah Persatuan Indonesia

15 Mei 2017   18:53 Diperbarui: 15 Mei 2017   18:59 1010
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jangan besar kepala menyandang status sebagai umat mayoritas!!! Pada mayoritas, di pundaknya umat Islam, bergantung beban hampir seluruh bidang kehidupan di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini.  Apa jadinya jika ikan paling banyak di lautan justru berperang satu sama lain? Tentu akan menjadi contoh dan preseden meracuni dan merusak kedaulatannya sendiri sebagai pemegang keberlangsungan perdamaian. Rakyat Indonesia ini mayoritas adalah beragama Islam. Tetapi apa yang dipertontonkan di televisi, di jalan-jalan, di pusat keramaian, sungguh memalukan dan memilukan. Seperti tidak punya jati diri seorang yang mengaku sudah bersyahadah. Mengaku sebagai muslim namun menjadi pelakon dan pembuat judul serta tema penghancuran terhadap persatuan di Indonesia!

Tidak perlu bicara mereka yang beragama bukan Islam, tidak perlu membahasnya sebab mereka hidup dengan caranya sendiri, yang tetap kita harus akui eksistensinya di Negara Indonesia. Kita harus bicara kita. Ada apa dengan kita kaum muslimin Indonesia?

Menyimak sejarah. saat Indonesia masih berbentuk belum berdiri, puluhan dan ratusan tahun lalu, kala "Indonesia" masih di alam konsep, masih jabang bayi, sekian puluh, mungkin ratus, mungkin ribu, mungkin juta umat Islam berjuang melawan penjajah memaksa penjajah enyah dari bumi nusantara ini, hitunglah berapa wali Allah yang mengobarkan perang Jihad melawan penjajah? Hitunglah berapa raja-raja kerajaan Islam di nusantara ini yang maju angkat senjata mengusir penjajah, ada yang mampu memukul mundur, namun tidak sedikit yang gugur syahid? Ingatlah, dan ingatlah pengorbanan dan darah mereka yang tumpah ke bumi demi mempertahankan kedaulatan nusantara, hingga darah mujahid terus mengalir dan akhirnya membeku menjadi karpet merah langkah kaki Sang Proklamator Ir.Soekarno memproklamasikan kemerdekaan dan awal lahirnya Negara Indonesia.

Berbanding gejala saat ini, miris dan patutlah "merenung dengan sangat mendalam", inikah polah dan kelakuan anak cucu para mujahid yang berjuang melawan penjajah, bersama sengkuyung membangun prestasi dan mendirikan Negera Indonesia? Tidak sulit menjadi muslim sejati di Indonesia, cukup mengakui Pancasila sebagai dasar negara dan berlaku berani hidup bersama kepersatuan umat Islam, sudah bisa menjadi contoh yang baik mewarisi bumi nusantara agar tidak terpecah belah!!!

Indonesia tidak akan bisa dibenturkan dengan Islam, sebab jelas falsafah dasar  Negara Indonesia termaktub gamblang, "Ketuhanan Yang Maha Esa", tercantum jelas dalam Al Qur'an surat Al Ikhlas. Tidak perlu dan tidak usah bertanya, adakah kitab agama lain juga mencantumkan kalimat sebagaimana dalam surat Al Ikhlas-nya kitab umat Islam. Tidak perlu membahas itu!!!

Kita bicara kita, dan yang jelas, agama Islam mengakui Hakikat Tuhan Yang Maha Esa. sila pertama Pancasila.

Kita bicara kita, dan untuk menjadi Warga Negara Indonesia sejati, cukuplah mengakui Pancasila dan patuh kepada apa yang dari MUI yang merupakan representasi kerukunan dan persatuan umat Islam di Indonesia.

Kita bicara kita, dan untuk menjadikan Indonesia damai dan penuh kerahmatan bagi kebhinekaan dan kenusantaraan, cukup mengakui Pancasila dan menjaga persatuan umat Islam. Jika ini terlaksana, maka umat beragama lain juga merasa aman dan tidak akan merasa terganggu dengan aktivitas umat Islam yang penuh kedamaian.

Kita sadarlah, yang membuat umat beragama lain merasa tidak aman adalah karena sesama umat Islam tidak saling menjaga keamanan, tidak rukun dan saling jatuh menjatuhkan, bukan yang lain. Dengan seagama saja bisa saling mengutuk dan berlaku kejam, bagaimana dengan umat beragama lain?

Introspeksi umat Islam Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun