Makassar,Kompasiana - Erwin Ketum Hmi Komisariat Ibnu Kahaldun Cabang Makassar,Mengungkapkan bahwa Di tengah gempuran era digital dan perkembangan teknologi yang semakin pesat, kalangan mahasiswa modern dihadapkan pada tantangan baru yang mengkhawatirkan: krisis literasi dan minimnya partisipasi dalam organisasi. Tren ini bukan hanya menjadi perhatian para pendidik dan orang tua, tetapi juga harus menjadi refleksi bagi para mahasiswa itu sendiri.
Literasi, dalam konteks ini, tidak hanya terbatas pada kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga mencakup kemampuan berpikir kritis, memahami, dan menginterpretasikan informasi. Sayangnya, dengan hadirnya media sosial dan teknologi instan, mahasiswa cenderung menghabiskan lebih banyak waktu untuk konsumsi konten singkat dan dangkal ketimbang membaca buku atau artikel yang mendalam. Dampaknya, kemampuan analisis dan pemahaman mendalam terhadap isu-isu kompleks menjadi menurun.
Fenomena ini juga berimbas pada partisipasi mahasiswa dalam organisasi. Dulu, organisasi kampus merupakan wadah penting bagi pengembangan soft skills, jaringan sosial, dan pembentukan karakter. Namun, kini, banyak mahasiswa lebih memilih kegiatan yang bersifat individual dan virtual. Alasan klasik seperti kesibukan akademik dan tekanan tugas sering kali dijadikan tameng untuk menghindari keterlibatan dalam organisasi. Padahal, justru melalui organisasi, mahasiswa dapat belajar manajemen waktu, kepemimpinan, dan kerja sama tim.
Krisis ini mencerminkan adanya perubahan nilai dan prioritas di kalangan mahasiswa. Mereka lebih memilih kenyamanan dan kepraktisan teknologi ketimbang tantangan dan manfaat jangka panjang dari literasi dan organisasi. Hal ini tentu menjadi ironi mengingat pendidikan tinggi seharusnya tidak hanya mencetak lulusan yang cerdas secara akademis, tetapi juga kritis, kreatif, dan berintegritas.
Untuk mengatasi masalah ini, dibutuhkan sinergi antara institusi pendidikan, keluarga, dan mahasiswa itu sendiri. Kampus harus menciptakan lingkungan yang mendukung literasi dengan menyediakan akses ke berbagai sumber bacaan dan kegiatan akademik yang menantang. Di sisi lain, keluarga juga harus mendorong kebiasaan membaca dan berorganisasi sejak dini. Dan yang paling penting, mahasiswa harus menyadari bahwa literasi dan keterlibatan dalam organisasi adalah investasi berharga untuk masa depan mereka.
Kita harus bersama-sama mengembalikan semangat literasi dan organisasi di kalangan mahasiswa. Mereka adalah generasi penerus bangsa yang akan memegang estafet kepemimpinan di masa depan. Dengan membangun budaya literasi dan partisipasi organisasi yang kuat, kita tidak hanya menciptakan individu yang cerdas, tetapi juga pemimpin yang visioner dan bertanggung jawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H