Mohon tunggu...
Muhammad Ervin Saputra
Muhammad Ervin Saputra Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, angkatan 2013\r\nFakultas Dakwah Dan Komunikasi\r\n

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

PSM Makassar adalah 'The Macz Man'

13 Maret 2015   07:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:44 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Butuh waktu yang lama untuk menemukan suatu tema yang pas, inginku menemukan sesuatu yang sedikit unik dan menarik untuk dibahas, tapi inilah yang dapat kutemukan. Mencari sebuah kumpulan atau komunitas untuk sebuah kota yang besar mungkin butuh yang cukup lama, apalagi kan kota sebuah kota yang bernamakan ‘Makassar’ itu sangatlah sulit dan Makassar kota yang luas.

Mencari dan menentukan sebuah komunitas itu ibarat kita mencari seorang wanita yang pas dan tepat di hati kita itu butuh kerja keras bung, awalnya kubertanya kepada kawan-kawanku yang kebetulan ada juga berdomisili di sini hingga ke senior-senior ku di kampus mengenai komunitas apa saja yang sedang ngetrend di Makassar, mulai dance, skateboard, standup comedy, macam-macam lah pokoknya, hingga ku putuskan lah ku ambil sebuah komunitas sepakbola yakni ‘The Macz Man’ Persatuan Sepakbola Makassar (PSM).

Siapa yang tidak kenal dengan PSM Makassar klub kebanggan dari Kota daeng ini ? Klub yang berdiri sejak tahun 1915 ini punya prestasi yang baik di kancah sepakbola Nasional dan pernah meraih juara pada tahun 2000. Di balik lelaki yang hebat terdapat wanita yang hebat, begitupula dengan klub, sebuah prestasi tak mudah diraih tanpa kerja keras, latihan, hingga dukungan para Supporter yang tak pernah habis. Menemukan basis supporter pencinta PSM inilah tak semudah membalikkan telapak tangan, membutuhkan isi informasi yang lebih mendalam mulai dari alamat hingga orang-orang yang berada disana.

Berminggu-minggu kucari mulai dari akun facebook,twitter, dan lainnya, agak sulit rupanya kutemukan, hingga ku liat di akun BBM (BlackBerry Messenger) teman sekolahku yang bernama Irzal, yang saat ini kuliah di Surabaya di profil gambarnya menggunakan kaos The Macz Man dengan penuh ceria dan bangga, “bro, kau anak the macz man kah, ??” tanyaku padanya via bbm, “tidak, bro”. balasnya. “kau punya contact/ no hpnya anak the macz man kah, ??” tanyaku lagi. “Iya bro, tapi anak Surabaya, mau tidak ?,balas si Irzal ,“sip boleh lah..!!”  balasku dengan senang.

Hasil kerja keras ku akhirnya membuahkan hasil. Akhirnya kuhubungi kawan Irzal itu di Surabaya beberapa menit hingga diberikan lagi contact anak The Macz Man ini namanya Rezky, walaupun cuma diberikan pin BB tapi tidak apa-apalah. Wah, tambah senang lagi aku, sudah dapat kontak dapat kontak lagi aku, senang dua kali lagi. ku aktifkan BBMku dan mencoba bercakap akrab dengan dirinya, seorang lelaki dengan wajah ceria yang punya kumis dan janggut di gambar profilnya dan tampak sedikit kurus.

Dengan mengucap Bismillah mudah-mudahan bukanlah kata satir dan sarkas yang ia ucapkan, ku mulai dengan kata “Asslamulaikum kanda”, entah ia Muslim atau bukan. “walaikumsalam wr.wb kanda”, jawabnya. Tampak mulai akrab pula kata-katanya, ku lanjutkan terus percakapanku hingga maksud dan tujuan ku cakap padanya hingga kata Alhamdulillah, ia bersedia untuk sebuah interview, walau waktu dan tempat belum kami atur.

Terlintas dalam pikiranku, kelak apa yang ingin ku bahas dengan orang ini, itupun akan terjawab ketika kelak interview nanti. Dari hari ke hari hingga minggu ke minggu bingung dan selalu terlintas setiap ku kembali ke kos. Hingga satu minggu sebelum final, dosen pun mengatakan tugas ini hari rabu depan, 7 Januari 2015 harus di kumpul, jika tidak dapat error.

Perasaan yang semakin campur aduk,panik, histeris, teriak pun terjadi dan hanya memikirkan itu. Ku hubungi lagi orang ini untuk ku bujuk interview, selalu bertanya  orang ini “ wawancara untuk apa kanda ?” dan bingung ku jawab apa, “ lalu ku mulai mengajukan pertanyaan yang masih mengada-ada, “mengenai PSM kanda, bisa ji kah kanda, ? tolong kanda. Tanya ku kembali dengan nada memohon.

Berhari hari tak kunjung balas buat semakin ribet dan menujukkan ketidakjelasan hampir membuatku jadi tidak konsisten, apakah harus ku ambil tema lain apa tidak, sempat pula dalam beberapa hari senior dari fakultas tetangga memberikan ide cari hal yang lain saja untuk pertimbangan. Walau bagaiamana pun, “the show must go on”.

Hingga hari itu pun tiba, Sabtu 3 Januari 2015 kami pun mengatur waktu untuk bertemu di SMA 3 Makassar pukul 13.10. Angin berhembus sangat kencang  dan turunnya hujan dan tak tahu kapan berhenti membuat ku harus tetap pergi hanya modal jas hujan. Tibaku di sebuah kawasan banjir di dekat kompleks rumah warga di Jl. Baji Areng dan Alhamdulillah kami pun bertemu di sebuah warung kopi, sebuah tempat pas untuk minum secangkir kopi hangat sambil wawancara, baju warna merah yang bertuliskan Manchester United dengan jeans ¾ yang ia kenakan tampak sedikit kebasahan.

Seorang mahasiswa kelahiran Watampone 23 Tahun yang lalu, Andi Muh. Faizal namanya, ichal sapaan akrabnya menjabat sebagai Koordinator Lapangan (Korlap) di SMA 3 Makassar  dan The Macz Man, saat ini kuliah di salah satu kampus swasta di Makassar. Kami pun bertemu untuk pertama kali, jabat tangan melemparkan senyum sambil menanyakan kabar masing-masing sambil mengeringkan tubuh walau hanya lembar demi lembar sebuah tisu tipis.

Kami memulai dengan memesan kopi hitam sambil berbincang sekitar 1-2 jam, tapi belum masuk ke inti tujuanku, suasana yang sedikit berisik seperti pasar, kami pun ke tempat sepi yang agak tenang dan damai, ke SMA 3 Makassar tak terlalu jauh dari warkop tadi dengan jalan kaki saja dengan kondisi air tergenang yang setinggi lutut orang dewasa.

Begitu tiba, ku mulai dengan mengambil sebuah handphone sambil merekam percakapan. Telah kususun draft pertanyaan yang kubuat semalaman dan kusampaikan semua. Agak takutnya di awal, ichal mengira ini wawancara investigasi, ku jelaskan perlahan-lahan hingga beliau mengerti. Selama percakapan berlangsung lama, kanda ichal menjawab dengan santai dan tak tergesa-gesa sambil mengaruk garuk kepalanya. “awalnya the macz man smaga (SMA 3) ini terbentuk pada tanggal 3 bulan 3 tahun 2006 yang di bentuk oleh alumni kemudian saya lanjutkan tahun 2007 hingga sekarang yang di mana tujuannya, untuk memperkenal dan membentuk tali silaturahmi antar sektor-sektor dan mempererat loyalitas dan solidaritas di kalangan supporter bukan hanya di kenal anarkis ya, tapi dituntut untuk selalu kreatif untuk mendukung tim kesayangan”, ujarnya.

Mengenai masalah loyalitas, sempat ku tanyakan bagaimana ketika tim kesayangan kota daeng ini harus bermain di tanah jawa dan dengan nada sedikit sedih ia katakan “walaupun PSM Home Basenya musim lalu di Surabaya, mau tidak mau kami harus ke sana untuk mendukung, tapi kami selaku supporter berharap PSM bisa bermain di Makassar lagi, dan Insya Allah PSM musim depan akan bermain di Stadion Andi Mattalata lagi”. jawab penggemar dari Rasyid Bakrie ini.

Tak punya tempat tinggal di Surabaya, mereka pun tinggal di rumah kerabatnya, Rezky yang kebetulan anak Makassar juga punya sebuah kontrakan kecil, hidup seperti anak kosan selama beberapa bulan, makan seadanya dan hidup apa adanya, itulah hidup.

Menjadi seorang Kordinator Lapangan (Korlap) merupakan tanggung jawab dan kepercayaan yang besar dari anggotanya. Pertama kali di percaya menjadi korlap merupakan hal yang tak terduga, kebanggan, dan butuh keberanian yang besar mengiringi ribuan supporter The Macz Man. Kagumku ketika kanda mengiringi berdiri di pagar tribun sambil mengiringi ribuan supporter The Macz Man layaknya ombak laut yang selalu mendukung selama 90 menit penuh. Gugup hingga tegang itulah yang ia rasakan pertama kali mengiringi pasukan The Macz Man dan tak pernah lelah mendukung setiap PSM Makassar bermain baik kandang maupun tandang.

Dari sekian pertandingan yang PSM jalani, aku sempat menanyakan pertandingan yang berkesan, kesan yang tak pernah ia lupakan pada tahun 2005, PSM vs Persebaya Surabaya, di Surabaya, Persebaya Surabaya terkenal dengan “Bonek Mania”nya. “Datang ke Surabaya bak uji nyali, seperti sumbang nyawa ke Surabaya, kalau kau datang ke Surabaya, berharap saja kau punya nyawa cadangan”, ungkapnya dengan nada keras sambil tertawa.

PSM datang bersama supporter The Macz Man disambut dengan sambutan negatif dari pelabuhan. Bukannya sebuah senyuman malah ribuan batu yang diberikan bis supporter dan ofisial tim PSM Makassar, Tak tinggal diam, pasukan The Macz Man keluar dari bis membalas mengejar Bonek Mania sampai terpecah belah. Sungguh sambutan yang tak layak untuk tamu seperti PSM.

Malam itu akhirnya tiba dan bertemu kembali kedua supporter itu di Stadiun Gelora Bung Tomo, atmosfernya begitu panas. Keduanya di kawal oleh seorang bidadari-bidadari yang berwajah sangar dan bermodalkan senjata besar untuk menjaga pertandingan tetap aman. Peluit di bunyikan oleh wasit, Bonek dan The Macz Man memberikan dukungan dan mengiringi pasukan masing-masing dengan nyanyian yang khas, mereka begitu kompak bagaikan orchestra. Sayang, kedua tim berakhir dengan skor imbang 2-2 dan rasa benci yang mendalam,tatapan dendam dan mata menyala masih membekas di hati The Macz Man hingga 2008.

“Mengiringi supporter di Surabaya bagi saya adalah hal yang bisa dilupakan, apalagi pertandingan ini layaknya Derby “El Clasico” antara Real Madrid dan Barcelona. Hingga tahun 2009 kami pun datang kembali ke Surabaya dengan nyali besar dengan maksud untuk mengakhiri konflik yang sudah berlangsung lama dan Alhamdulillah kami berdamai dengan Bonek Mania sampai sekarang”. Ujar kanda ichal.

Di dalam lapangan kami itu lawan, tapi di luar kita adalah kawan. Itu semua hanya sepenggal cerita yang perlu di buang tempat sampah dan tak perlu di ambil lagi. Bagiku seorang The Macz Man dan PSM Makassar seperti sepasang kekasih yang saling melengkapi, mendukung sampai mati. Berharap penuh mudah-mudahan PSM Makassar mampu meraih Juara musim depan dan terlebih lagi bisa bermain di Tanah sendiri. “Saya ada karena PSM dan PSM ada karena saya. Walau bagaimana pun PSM jika nantinya turun turun kasta, saya akan terus dan tetap dukung PSM.” tegasnya.

Kalah dan menang itu sudah biasa di pertandingan. Cinta dan Loyalitas sebuah hal yang terpenting buat sebuah supporter. Tim tak berarti tanpa pendukung. Dibalik kesuksesan sebuah tim terdapat sebuah cerita rahasia dari supporter. Di mana pun dan kapanpun supporter akan selalu dan terus ada untuk tim, PSM untuk The Macz Man dan The Macz Man untuk PSM. “PSM Until Die”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun