Mohon tunggu...
muheminutes
muheminutes Mohon Tunggu... Artivist -

Kesabaran ada batasnya, tapi tidak dengan keculasan. Oleh karenanya, jangan pernah sabar bila berurusan dengan orang culas.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sang Ustadz yang Menangis Riya

13 Oktober 2016   11:10 Diperbarui: 13 Oktober 2016   11:27 2973
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pendek cerita, aku tak habis pikir melihat tayangan seorang (yang diakui sebagai ustadz) merekam video sedang menangis, sesunggukan, tersedu-sedu, sambil mengucapkan kalimat (seolah) nasihat kepada generasi muda negeri ini. Video “menangis ria dan riya” itu kemudian diunggah di sosial media dan disebarkanluaskan ke seluruh jagad maya oleh para pengikut dan pendukungnya. 

Dan tentu saja para pendukung PKS & Gerindra serta para pembenci Gubernur Ahok. Inti pesan sang ustadz adalah jangan melecehkan ulama. Alasannya, seburuk-buruk ulama adalah sebaik-baik kita. Meski tidak secara eksplisit, pesan video tersebut ditujukan untuk dan merespon aksi Nusron Wahid pada acara pertunjukan kebodohan yang dipandu Karni Ilyas pada 11 Oktober 2016. Berikut analisa logika dari tangisan ria & riya sang ustadz: Video yang diunggah sang ustadz adalah tayangan pamer dan haus pujian, atau paling tidak butuh dukungan khalayak ramai. Video tersebut punya tujuan yang sumir sebab bercampur aduk dengan kepentingan dan kegaduhan politik yang sedang terjadi saat ini.

Kalau niatnya semata untuk kebaikan, lantas untuk apa tangisan ala anak usia belasan itu diunggah dan disebar ke dunia maya. Praktek ini hampir tak ada bedanya dengan apa yang dilakukan oleh Awkarin. Anak muda labil yang haus kasih sayang dan butuh pelepasan untuk mengekspresikan kegalauannya.  Ingat, beliau (mengaku dan diakui sebagai ustadz), jadi bertindaklah seperti, sebagaimana dan seharusnya seorang ustadz. Bukan malah ikut gaya seleb youtube atau video blogger untuk meningkatkan pamor dan mempertahankan eksistensi. 

Video sang ustadz itu bermotif politik, karena dibuat, diunggah dan disebarkan untuk merespon aksi heroik Nusron Wahid yang bersilang pendapat dengan MUI dan para penentang Ahok. Nusron Wahid dianggap berlaku kurang ajar  karena bersuara lantang di hadapan ulama di acara ILC yang dihadiri diantaranya: Tengku Zulkarnain (MUI) dan para penentang Ahok seperti Nasir Jamil (PKS), Fadli Zon (Gerindra) dan Ahmad Dhani (polibritis, baca: politikus selebritis) Ustadz ini mungkin lupa atau tak mau melihat apa yang keluar dari mulut seorang Tengku Zulkarnain yang mengatakan Ahok layak dibunuh, disalib, diusir dari negeri ini atau dipotong kaki dan tangan. Pertanyaan kritis untuk kita semua: Apa kita perlu bersopan santun dengan ulama yang bicara soal hukum bunuh, salib, potong kaki dan tangan di ruang atau media publik? 

Cuma Yesus yang bisa mempersilahkan pipi kirinya ditampar setelah sebelumnya mendapatkan tamparan di pipi kanannya. Cuma Rasulullah Muhammad SAW saja yang mampu menyuapi makanan kepada pengemis buta yang setiap hari selalu menuduhnya sebagai orang gila, pembohong dan tukang sihir. Nah, kalau memang Tengku Zulkarnain mengaku sebagai ulama, kenapa dia tidak mencontoh perilaku Nabi Isa AS dan Rasulullah Muhammad SAW? Kenapa malah mempropagandakan hukum bunuh, salib dan potong kaki dan tangan di negeri demokrasi ini? Fakta ini yang dikesampingkan oleh ustadz yang pamer video tangisan ria & riya itu. 

Beliau hanya memanfaatkan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan dan sikap politiknya di tengah kegalauan umat akibat ulah penjual agama dan pembegal ilahi. Aku jadi bertanya-tanya kenapa dulu, sang ustadz tidak membuat video yang sama untuk mengutuk Luthfi Hasan Ishaaq (Presiden PKS) yang divonis 18 tahun penjara dalam kasus korupsi kuota impor daging sapi?   Kenapa pula sang ustadz tidak membuatkan video untuk mengutuk Suryadharma Ali (Menteri Agama & Ketum PPP) yang divonis 10 tahun penjara dalam kasus penyelenggaran ibadah haji?

Keduanya, Luthfi dan Suryadharma adalah pemimpin partai berbasis agama, yakni Islam. Apa yang mereka lakukan bukan hanya mempermalukan muslim se-nusantara, melainkan merusak wajah islam se-mancanegara. Kedegilan seorang Nusron Wahid tak ada apa-apanya jika dibanding dengan kejahatan yang dilakukan oleh Luthfi dan Suryadharma. Lalu kenapa sang ustadz tak membuat video berisi nasehat kepada generasi muda Indonesia agar tidak mencontoh kelakuan Luthfi dan Suryadharma? 

Mungkin dulu sang ustadz belum aktif jadi vlogger? Atau mungkin sang ustadz menganggap kasus Luthfi dan Suryadharma tak terkait langsung dengan masalah pemimpin dan kepemimpinan? Atau mungkin karena Luthfi dan Suryadharma adalah muslim, jadi ada dispensasi bagi pemimpin muslim yang melakukan pelanggaran syariah dan hukum negara? Saranku, ustadz sebaiknya bertanya kepada MUI: hukum apa yang pantas diberikan kepada pencuri dan penjahat seperti Lutfhi Hasan Ishaaq dan Suryadarma Ali? Kalau tak berani, sebaiknya jangan lagi unggah video cengeng ala remaja belasan tahun yang sedang cari perhatian. Alangkah baiknya unggah video motivasi sedekah dan fadilah zikir saja. Insya Allah, itu akan lebih jauh bermanfaat. Bukan hanya untuk para pengikut ustadz, tapi seluruh umat, termasuk aku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun