Jika kamu pergi, senyum ini untuk siapa lagi? Lalu kemana larinya lengkung bibir itu? Hanya menyelinap ke dalam pori-pori mimpi?
Jika kamu pergi, ke mana lagi aku layangkan alunan melodi rindu ini? Ke telinga Cupid yang sudah lumpuh menembakkan panah asmaraku padamu? Ke jari-jari kedinginan yang tak pernah kau genggam lagi?
Jika kamu pergi, apalagi yang bisa aku tulis tentang sayang ini? Apa yang bisa aku refleksikan di langit-langit kamarku nanti? Apa yang bisa aku proyeksi dilayar mimpiku nanti? Tentang ketiadaan kamu? Tentang pundak yang kosong tanpa sandaran kamu?
Jika kamu pergi, akan aku buat origami, menjadi apa kertas ini? Seperti burung atau kupu-kupu kesukaanmu? Atau hanya harus aku ubah menjadi mawar yang kelopaknya gugur perlahan? Atau harus kubentuk menjadi sebuah nisan yang di atasnya tertulis R.I.P(kenangan kita)?
Jika kamu pergi, siapa lagi yang aku tunggu menjadi penyelamat penyemangat disaat-saat tersulitku? Mungkin aku harus menunggu suara anjing melong-long perih, seakan mengejek atas segala kekalahanku? Atau cukup ditemani keheningan malam, mendinginkan hati?
Jika kamu tak kembali, apalagi yang pantas aku tunggu mengorbankan sisa waktu hidupku? Menunggu hingga usia menggerogoti jasad ini? Bahkan dengan bantuan rindu, jiwaku tak akan tersisa.
Tolong, kamu jangan pergi.
Romi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H