[caption id="attachment_87435" align="alignleft" width="300" caption="Mas Isjet lagi narsis d kompasiana blogshop"][/caption]
“Dulu kita mengenal You Media, media pemberitaan yang seluruh kontennya berisi tulisan para jurnalis. Kita juga mengenal Me Media, media yang berisi tulisan perorangan yang lebih banyak bisa kita lihat dalam blog-blog yang tersebar di internet. Dan saat ini perkembangan informasi memperkenalkan kita juga pada We Media, media informasi yang berisi tulisan individu yang juga berfungsi sebagai media pemberitaan untuk publik.”
Mungkin tidak sama persis, namun setidaknya begitulah penggalan presentasi yang disampaikan mas Iskandar pada Kompasiana Blogshop hari ini (6/3/2010) di Jogja Expo Center Yogyakarta. Presentasi yang mampu membawa para audien pada suasana yang membuat mereka enggan untuk tidak memperhatikan secara seksama pada materi yang disampaikan. Presentasi yang menarik dan informatif. Mungkin karena alasan itu rasanya sayang kalau apa yang disampaikan oleh Mas Iskandar cuma bisa dinikmati oleh para peserta blogshop yang datang pada acara tersebut. Di sela-sela acara ini saya ingin berbagi pada kompsioners sekalian. Kedua telinga memang harus tetap mendengar, tapi tangan dan jari-jemari tidak boleh ikut-ikutan terdiam karena ia tidak untuk mendengar.
We Media untuk para WTS
Seperti penggalan catatan yang mengawali tulisan ini, tema yang disampaikan oleh Mas Iskandar dalam blogshop kali ini adalah You, Me, We Media. Sebagai seorang admin pada kompasiana, mas Is memperkenalkan kompasiana yang tidak hanya berfungsi sebagai You media atau me media, tapi juga berfungsi sebgai we media.
Para kompasioners tentu telah mengenal bagaimana karakter yang ada di kompasiana. Beraneka ragam. Tidak hanya sebatas reportase tapi juga artikel. Kontennya pun bermacam-macam, mulai politik, sosial budaya, teknologi, filsafat, dan lain sebagainya. Keanekaragaman itulah yang diharapkan bisa didapatkan oleh para pembaca kompasiana yang tersebar tidak hanya di Indonesia tapi juga telah merambah beberapa negara lainnya. Meskipun pada dasarnya tulisan yang ada di kompasiana lebih banyak ditulis oleh perorangan yang sedang bertindak sebagai seorang jurnalis. Jurnalis tidak dilihat sebagai profesi yang mereka miliki tapi sebagai tindakan yang mereka lakukan di kompasiana. Memberitakan segala peristiwa yang ada di sekitar para kompasioners.
[caption id="attachment_87437" align="alignright" width="300" caption="Mas Inu in Action"][/caption]
“memberitakan yang tidak penting agar yang penting tetap menjadi penting” slogan ini tidak asing di kalangan para kompasioners. Ya, tulisan itu bisa kita lihat pada profil salah seorang jurnalis yang juga aktif di kompasiana, Mas Wisnu Nugraha. Saya tidak ingin membahas filosofi yang terkandung dalam tulisan itu, tapi setidaknya catatan itu bisa menggambarkan posisi para kompasioners yang selalu memberitakan hal-hal kecil namun tetap menarik dan layak untuk didapat oleh para penikmat kompasioners.
Dari apa yang dilakukan para kompasioners, dan juga mereka yang tergabung dalam You media lainnya, kita bisa menyebut mereka sebagai jurnalis meskipun mereka tidak berprofesi sebagai seorang jurnalis. Dengan kata lain kita bisa menyebut para kompasioners sebagai WTS yang suka ML. WTS bukan berarti wanita tuna susila melainkan Wartawan tanpa surat kabar. Dan ML? para kompasioners tentunya tidak asing lagi dengan sosok ML yang selalu berbagi cinta di kompasiana. Saya pun suka ML.
* Istilah wartawan tanpa surat kabar (WTS) ini pertama saya dengar dari salah seorang cewek kompasioners beberapa minggu lalu saat kompasiana nangkring di jogja.
Salam Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H